Berita

Berantas Ban Ilegal, Butuh Investasi Rp 6 Triliun

ban_ilegal
JAKARTA — Industri ban mengeluhkan leluasanya peredaran ban impor ilegal yang menggerogoti pasar domestik. Kementerian Perdagangan didesak lebih serius menghentikan peredaran ban impor yang dijual lebih murah hingga 15 persen tersebut. Ketua Umum Asosiasi Produsen Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane mengatakan, tiap tahun dua juta unit ban impor ilegal beredar, umumnya dari Tiongkok dan India. Kebanyakan berupa ban untuk kendaraan off-road dan sport utility vehicle (SUV).

“Kalau pemerintah mampu bertindak tegas untuk meredam maraknya peredaran ban impor ilegal, investor akan kembali melirik industri ban nasional. Kita punya bahan baku dan potensi pasar kita besar,” katanya kemarin (9/5).

Selain merusak harga ban di dalam negeri, kualitas produk ban impor diragukan karena belum tentu sesuai standar yang ditetapkan pemerintah. “Yang kita tahu, sebagian ban impor ilegal menggunakan bahan baku dari carbon black yang kualitasnya jauh di bawah standar pemerintah,” katanya.

Untuk bisa menggantikan ban-ban yang masuk secara ilegal tersebut, Indonesia membutuhkan pembangunan pabrik baru dengan nilai investasi USD 450 juta atau setara Rp 6 triliun. Namun, investasi diyakini baru bisa masuk bila kondisi pasar domestik kondusif. Investasi pabrik ban diyakini mendongkrak kesejahteraan petani karet alam. Alasannya, industri ban merupakan pengguna terbesar karet alam di dalam negeri. Kebutuhan karet alam diperkirakan meningkat 120 ribu ton per tahun. “Imbasnya akan dirasakan langsung oleh petani karet alam di sini,” katanya.

Aziz berharap ban impor ilegal bisa ditekan setidaknya hingga 50 persen menjadi hanya 1 juta unit pada 2016. Koordinasi penegakan hukum harus dilakukan antara Ditjen Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga di Kementerian Perdagangan dan Ditjen Bea Cukai di Kementerian Keuangan.

Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Harjanto mengakui, industri ban adalah salah satu andalan industri manufaktur karena mampu menyerap bahan baku dalam negeri. “Secara total, industri ban menyerap 258 ribu ton karet alam atau sekitar 44 persen konsumsi karet alam nasional,” katanya.

Produsen ban nasional selama ini dipercaya sebagai original equipment manufacturer (OEM) yang memasok ban ke pabrikan otomotif multinasional seperti Toyota, Honda, Suzuki, Yamaha, dan Mitsubishi. “Sebagian besar juga diekspor dengan negara tujuan, antar lain, Amerika Serikat, Jepang, Asia, Australia, dan Eropa,” katanya. (Jawa Pos)