Berita

Pemerintah Mendorong Industri Membangun Mobil Listrik

Nissan_LeafJAKARTA — Kementerian Perindustrian mendorong perusahaan otomotif memproduksi kendaraan low cost green car (LCGC) bertenaga listrik. Untuk membangkitkan antusiasme pelaku industri, pemerintah bersama Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) tengah menyusun bentuk insentif yang akan diberikan untuk perusahaan yang berhasil memproduksi LCGC berbahan bakar listrik.“LCGC bisa dikembangkan menjadi mobil listrik. Ada insentif fiskal dan nonfiskal, bentuknya seperti apa masih dibahas dengan Gaikindo,” kata Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan, Kamis 12 Mei 2016.

Pemberian insentif sangat perlu untuk menunjang pengembangan produk tersebut sehingga bisa sesuai dengan ketentuan internasional, memiliki manfaat komersial, serta berperan dalam pelestarian lingkungan. Sejauh ini pemerintah masih belum menentukan kepastian insentif yang akan diberikan. Mengacu pada PP No. 41/2013 tentang Pajak Penjualan atas Barang Mewah, insentif yang bisa diperoleh produk teknologi ramah lingkungan adalah keringanan pajak.

Untuk mendorong mobil listrik, pemerintah berencana melegalkan peredaran mobil listrik melalui revisi Permenperin No.123/2009 tentang Peta Jalan Industri. Pelaku industri mengaku siap untuk melakukan pengembangan kendaraan LCGC dengan menggunakan bahan bakar listrik. Hanya saja kesiapan infrastruktur masih menjadi kendala bagi pengembangan kendaraan jenis ini. “LCGC bisa saja dikembangkan jadi mobil listrik, tapi tergantung kesiapan infrastruktur. Kami electric car punya di Jepang. Untuk Indonesia bahan bakar listriknya sendiri siap apa tidak,” kata Direktur Korporasi dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia I Made Dana Tangkas.

Industri mobil global memang telah memiliki teknologi listrik untuk roda empat. Namun tidak setiap negara bisa menggunakan kendaraan jenis ini. Selain karena masih asing, kesiapan infrastruktur dan penerimaan pasar jadi tantangan tersendiri. Selain Toyota, pabrikan asal Jepang lainnya yakni Nissan juga telah memasarkan kendaraan listrik di sejumlah negara.

Namun mereka melihat Indonesia belum siap untuk menjadi penerima atau produsen kendaraan listrik. “Selain infrastruktur juga harus diperhitungkan ketersediaan pemasok komponen atau bahan baku. Percuma kalau ada mobil listrik harga jualnya mahal karena bahan baku impor,” ujar Head of Datsun Indonesia Indri Hadiwidjaja.

Datsun yang merupakan salah satu lini bisnis PT Nissan Motor Indonesia memang menjadi salah satu pemain utama di segmen LCGC. Teknologi mobil listrik yang dimiliki Nissan Jepang, kata dia, cukup kompetitif saat dipasarkan di negara-negara maju. Menurutnya, pemerintah harus melakukan studi bersama pelaku industri untuk mengetahui tingkat kesiapan, baik dari sisi infrastruktur maupun ketersediaan bahan baku sehingga bisa meminimalisasi impor. “Bekal teknologi kami sudah ada, dari Nissan global untuk mengembangkan mobil listrik.”

Jonfis Fandy, Marketing and Aftersales Service Director PT Honda Prospect Motor menambahkan pemerintah harus mengelompokkan studi atau fokus penelitian untuk teknologi kendaraan LCGC bertenaga listrik ini. Penelitian itu, kata dia, harus difokuskan pada bahan bakar baterai yang akan digunakan. Dia menambahkan, Kementerian Perindustrian juga harus menyusun batasan waktu dalam pengembangan proyek ini. “Mobil elektrik masih susah, karena baterainya masih cukup mahal teknologinya. Kalau dikasih waktu 10 atau 15 tahun untuk pengembangan mungkin bisa,” kata nya. (Bisnis Indonesia)