Berita Economy & Industry

Industri Otomotif Waspadai Pelemahan Rupiah

JAKARTA— Industri otomotif perlu mewaspadai dampak pelemahan rupiah. Dalam penutupan perdagangan Jumat 4 November 2022, kurs rupiah spot melemah 0,27 persen, menjadi Rp 15.738 per dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi turut mempengaruhi kinerja industri otomotif.

Ketua Bidang Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sutrisno Iwantono mengatakan, pelemahan rupiah bisa mengakibatkan naiknya biaya produksi industri-industri yang menggunakan bahan baku impor dalam kegiatan produksinya, termasuk di antaranya industri otomotif.

“Industri otomotif itu kan sebagian dari bahan bakunya juga diimpor. Yang menggunakan bahan baku impor pasti akan terkena dampak pelemahan rupiah karena biaya produksinya menjadi meningkat,” ujar Sutrisno seperti dikutip KONTAN.CO.ID.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Jongkie Sugiarto mengonfirmasi, pelemahan rupiah dalam waktu yang lama  bisa saja memicu kenaikan harga mobil.  “Kalau pelemahannya lama, ya harus ada penyesuaian harga,” kata Jongkie.

Tapi opsi menaikkan harga mobil akan bervariasi dari satu pemain ke pemain otomotif lainnya. Keputusan tersebut bergantung pada banyak pertimbangan. Terlebih, tingkat kandungan dalam negeri para pemain otomotif juga beragam. “Tergantung masing-masing merk, mungkin saja ada APM (agen pemegang merek) yang mempunyai stok bahan baku banyak dengan harga lama, jadi masih bisa bertahan dan tidak perlu menaikkan harga. Ini kan juga ada marketing strategy-nya, bagaimana kalau pesaing belum menaikkan harga?” kata Jongkie.

Marketing & Customer Relations Division Head PT Astra International Daihatsu Sales Operation (AI-DSO) Hendrayadi Lastiyoso mengatakan Daihatsu belum ada rencana menaikkan harga jual produk sehubungan dengan pelemahan nilai tukar rupiah. “Sampai dengan saat ini Daihatsu belum pernah melakukan penyesuaian harga yang dikhususkan dgn perubahan nilai tukar rupiah belakangan ini,” kata Hendrayadi.

Soal dampak pelemahan rupiah, Hendrayadi mengaku belum bisa banyak berkomentar, sebab pihaknya masih terus memonitor perkembangan pergerakan nilai tukar rupiah. Namun, ia memastikan bahwa Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) model-model Daihatsu rata-rata sudah lebih dari 80 persen. “Kandungan local purchase model-model Daihatsu saat ini rata-rata sudah di level lebih dari 80 persen,” ujar Hendrayadi.

Business Innovation and Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy mengonfirmasi beberapa model mobil Honda telah mengalami kenaikan harga di tengah pelemahan rupiah ini. “Terakhir ada beberapa model di Oktober mengalami kenaikan harga,” kata Billy.

HPM tetap berusaha memberikan value yang terbaik untuk konsumen serta fokus menjaga pasokan produk yang masih terdampak kelangkaan komponen agar dapat secepatnya memenuhi permintaan konsumen. Billy juga memastikan bahwa HPM terus memonitor kondisi pelemahan rupiah, terutama dampaknya terhadap harga material dan ekonomi secara umum.  “Meski demikian, kami optimistis dengan tren permintaan konsumen yang masih cukup tinggi saat ini, terutama peluncuran model-model baru yang kami lakukan belakangan ini,”  kata Billy. (*)