Mobil Listrik Bekas Susah Laku, Harganya Turun Tajam di  Singapura 

Foto: Spinny

CNA – Dealer mobil di Singapura menilai mobil listrik bekas masih sulit dipasarkan kembali dibanding mobil bensin. Penjualannya membutuhkan waktu lebih. Penyusutan harganya jauh lebih dalam. Kondisi ini terjadi di tengah peningkatan penjualan mobil listrik baru. Pada Oktober, mobil listrik mencatatkan 53 persen dari total pendaftaran kendaraan baru di Singapura.

Sebagian dealer memilih sangat selektif menerima mobil listrik bekas. Dari puluhan unit mobil bekas yang dipasarkan, porsi mobil listrik hanya sebagian kecil karena permintaan rendah. Mobil berbahan bakar fosil atau internal combustion engine (ICE) umumnya dapat terjual dalam waktu sekitar tiga minggu. Mobil listrik bekas bisa membutuhkan waktu hingga enam bulan, bahkan lebih dari satu tahun untuk unit tertentu.

Penyusutan nilai mobil listrik bekas hingga 40 persen. Angka penyusutan ini jauh lebih tinggi dibandingkan mobil bermesin bahan bakar minyak (BBM), yaitu mesin pembakaran konvensional berbahan bakar bensin atau solar, yang rata-rata menyusut sekitar 10 persen.

Menurut dealer,  konsumen cenderung memperlakukan mobil listrik seperti perangkat elektronik. Model lama cepat ditinggalkan karena muncul versi baru dengan jarak tempuh, performa, dan fitur yang lebih baik. Di pasar daring mobil bekas, tren serupa juga terlihat. Mobil listrik butuh waktu penjualan sekitar sepertiga lebih lama dibanding kendaraan konvensional.

Dari sekitar 15 ribu iklan mobil, hanya sekitar 900 unit merupakan mobil listrik (electric vehicle, EV), yaitu kendaraan yang digerakkan sepenuhnya oleh motor listrik dan baterai. Porsinya setara enam persen dari total listing.

Konsumen masih ragu soal perawatan dan keandalan jangka panjang mobil listrik. Salah satu kekhawatiran utama adalah ketersediaan bengkel yang memiliki kompetensi khusus untuk menangani perbaikan EV.

Pasar mobil listrik bekas juga dinilai belum matang. Sebagian besar unit yang beredar baru berusia dua hingga tiga tahun, seiring masuknya mobil listrik baru secara masif beberapa tahun terakhir.

Ketidakpastian nilai sisa kendaraan menjadi perhatian calon pembeli. Data historis jangka panjang masih terbatas sehingga daya tahan nilai mobil listrik belum sepenuhnya teruji. Ke depan, permintaan mobil listrik bekas diperkirakan akan meningkat. Hal ini sejalan dengan perubahan lanskap kendaraan dan target transisi energi di Singapura.

Pasar mobil bekas tetap penting bagi konsumen dengan anggaran terbatas. Kondisi ini makin relevan di tengah tingginya biaya Certificate of Entitlement (COE), yaitu sertifikat wajib yang menentukan hak kepemilikan kendaraan di Singapura.

Di sisi lain, harga mobil listrik baru terus turun. Penurunan biaya rantai pasok, terutama dari produsen asal Tiongkok, membuat EV baru makin kompetitif dibanding mobil bekas. Dalam jangka pendek, harga mobil listrik bekas berpotensi menguat. Pengurangan insentif pemerintah untuk adopsi EV mulai awal tahun 2026 diperkirakan dapat mendorong minat ke pasar kendaraan bekas. 

Perkembangan teknologi mobil listrik juga dinilai mulai melambat. Kondisi ini berpotensi membuat nilai jual kembali menjadi lebih stabil dibandingkan periode awal pertumbuhan EV. (*)