Bahan Bakar & Emisi Berita Economy & Industry

British Petroleum: Pasar BBM Indonesia Fantastis

JAKARTA— Perusahaan penyedia bahan bakar minyak (BBM) Britis Petroleum – Aneka Kimia Raya (BP-AKR) melihat Indonesia sebagai pasar yang fantastis. Ini yang membuat BP-AKR optimistis menjalankan bisnisnya di Indonesia, kendati sebelumnya ada beberapa perusahaan penyedia BBM yang bertumbangan.  

Salah satu pendorong bisnis BBM adalah pertumbuhan ekonomi berdasar produk domestic bruto (PDB) atau gross domestic product (GDP). Dalam catatan BP-AKR, pertumbuhan PDB Indonesia rata-rata lima persen. Pertumbuhan PDB Indonesia sebesar itu sudah berlangsung di masa sebelum terjadi wabah Covid-19 yang mulai marak sejak sekitar akhir tahun 2019 dan awal 2020. “Ekonomi Indonesia cukup mantap karena sanggup bertahan di saat pandemic, dan kembali bangkit setelah pandemi mereda,” kata Presiden Direktur BP-AKR Peter Molloy di Jakarta beberapa saat lalu.

Faktor lain yang mendorong optimisme BP-AKR adalah jumlah penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 250 juta orang. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, di Indonesia hanya terdapat kurang dari 7.000 unit stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Sebagai perbandingan, di Inggris dengan jumlah penduduk sekitar 60 juta jiwa terdapat sekita 9.000 unit SPBU. “Indonesia termasuk pasar BBM yang memiliki jumlah SPBU paling sedikit (underpumped market),” kata Molloy.

Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), terdapat 6.729 unit SPBU di Indonesia hingga April 2022. SPBU di Jawa Barat 1.107 unit, Jawa Timur dengan 936 unit, Jawa Tengah 740, Sumatra Utara 379 unit, Banten dan Sulawesi Selatan masing-masing sebanyak 263 unit dan 227 unit. Sementara itu, Sulawesi Barat menjadi provinsi dengan SPBU paling sedikit, yakni 26 unit. Di atasnya ada Gorontalo dan Kalimantan Utara yang sama-sama memiliki 31 SPBU.

Berdasarkan pulau, Jawa memiliki SPBU terbanyak (3.434 unit). Sedangkan, Maluku menjadi pulau dengan SPBU paling sedikit di Indonesia (139 unit).  PT Pertamina (Persero) memiliki 6.554 unit SPBU di seluruh Indonesia, Shell punya 79 unit, BP-AKR 34 unit. Sedangkan, 18 unit SPBU dimiliki oleh Total yang kini sudah beralih kepemilikannya ke Vivo.

Selain jumlah penduduk, faktor lain yang membuat BPK-AKR optimistis menjalankan bisnis penyedia BBM di Indonesia adalah potensi kelas menengah Indonesia yang jumlahnya diprediksi akan meningkat dalam 10 tahun mendatang. “Kalangan kelas menengah ini penting karena jumlah metreka akan bertambah, demikian juga kemampuannya dalam hal ekonomi. Mereka ini yang akan memilih dan menentukan untuk menggunakan BBM berkualitas,” kata Molloy.

Ia melihat arah beberapa kebijakan Pemerintah RI berkaitan dengan energi— terutama tentang peraturan standar emisi Euro 4 dan penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle)— masih sesuai dengan proyeksi bisnis BP-AKR. Tentang standar emisi Euro 4, Molly mengastakan bahwa BP-AKR sudah siap menyediakan BBM berkualitas sesuai dengan yang disyaratkan oleh regulasi.  Dan menurutnya, teknologi otomotif dengan mesin pembarakaran di dalam (internal combustion engine, ICE) memang sudah selayaknya menggunakan BBM yang lebih berkualitas. “Selain efisien, BBM yang baik juga membuat mesin awet dan berperforma tinggi,” katanya.

BP-AKR memandang langkah Pemerintah RI mendorong penggunaan kendaraan listrik bukan sebagai kendala bisnis sebagai penyedia BBM. Menurut Molloy, mobil konvensional dengan mesin ICE masih diperlukan dalam beberapa puluh tahun ke depan. “Perpindahan menuju mobil listrik berlangsung bertahap. Lagi pula, BP saat ini juga sudah mulai menjalankan usaha sebagai penyedia jasa penyedia fasilitas fast charging bagi mobil listrik di beberapa belahan dunia— antara lain Eropa, Amerika Serikat (China), Kanada, Australia, dan Selandia Baru.

“Kami sudah punya perusahaan namanya BP Pulse. Jika pada satu saat nanti Indonesia sudah mulai beralih sepenuhnya untuk menggunakan kendaraan listrik, kami sudah siap melayani,” kata Molloy. (*)