JAKARTA— Penjualan mobil di Tanah Air pada 2019 turun 10,6 persen dibanding tahun sebelumnya (2018). Angkanya dari 1.151.413 unit menjadi 1.030.126 unit. Meski demikian Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia ( GAIKINDO) Kukuh Kumara menyatakan, bahwa capaian tersebut sudah cukup memuaskan. Selain karena sesuai target, pasar juga sedang tak stabil saat itu.
“Ini bukan masalah daya beli, tapi karena memang tahun 2019, merupakan tahun politik. Banyak masyarakat yang cenderung wait and see untuk membeli kebutuhan tersier seperti mobil. Bila diperhatikan, ini berlangsung mulai semester pertama,” katanya di Jakarta seperti dikutip Kompas.com, Selasa 21 Januri 2020.
“Kemudian ditambah dengan periode lebaran yang berlangsung pada pertengahan tahun, mepet pameran otomotif GIIAS 2019 (GAIKINDO Indonesia Intrnational Auto Show). Jadi pertumbuhan tak begitu terasa untuk mencapai target kami sebelumnya,” kata Kukuh.
Tak berselang lama, lanjutnya, ketika pertumbuhan otomotif mulai menemui titik terang, terjadi peristiwa demonstrasi tentang pengesahan Presiden Republik Indonesia. Ditambah, perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) mulai memanas jelang penutupan tahun.
“Faktor lainnya ialah nilai mata uang terhadap dollar AS yang belum membaik serta tingkat suku bunga dan penurunan harga komoditas. Perlu diketahui juga, penurunan pasar roda empat tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi negara lain seperti China (turun) sebesar 8,2 persen,” katanya.
Kukuh meyakini, penjualan mobil di 2020 akan membaik dan bisa kembali mencatatkan pertumbuhan minimal 5 persen dari 2019. “Saat ini kita sudah mulai recovery, tingkat suku bunga rendah, nilai tukar rupiah mulai stabil, dan lainnya. Jadi seharusnya pencapaian tahun ini akan membaik, termasuk performa ekspor,” katanya. (*)