JAKARTA GLOBE – Indonesia mencatat tonggak baru dalam transisi energi bersih. Tingkat kepemilikan kendaraan listrik (electric vehicle, EV) di Indonesia untuk pertama kalinya melampaui Amerika Serikat (AS) berdasarkan riset lembaga kajian energi Ember Energy.
Ember Energy mencatat kendaraan listrik telah menyumbang lebih dari 15 persen dari total penjualan mobil baru di Indonesia sepanjang tahun 2025. Capaian tersebut menempatkan Indonesia di atas AS dan menunjukkan percepatan adopsi kendaraan listrik di kawasan Asia Tenggara.
Pertumbuhan tersebut didorong insentif pemerintah. Kebijakan itu mencakup pengurangan pajak pertambahan nilai untuk kendaraan listrik yang memenuhi syarat tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Ini adalah porsi kandungan lokal dalam proses produksi, serta pemberian izin impor bagi produsen yang berkomitmen membangun fasilitas manufaktur di Indonesia.
Indonesia juga menjadi salah satu tujuan ekspor utama kendaraan listrik asal China. Ember Energy mencatat Indonesia berada di peringkat empat dunia sebagai pasar ekspor kendaraan listrik China, dengan laju pertumbuhan ekspor tercepat kedua secara global.
Secara regional, kawasan Asia Tenggara menunjukkan kekuatan pasar kendaraan listrik. Ember Energy melaporkan pangsa kendaraan listrik mencapai sekitar 40 persen dari penjualan mobil baru di Singapura dan Vietnam, melampaui Inggris dan Uni Eropa (UE).
Thailand juga mencatat perkembangan signifikan. Pada tiga kuartal pertama 2025, pangsa pasar kendaraan listrik di negara tersebut mencapai 21 persen dan melampaui Denmark. Ember Energy menilai pergeseran ini menunjukkan kawasan Asia Tenggara bergerak cepat dari yang awalnya rendah menuju posisi atas. Penilaian tersebut disampaikan dalam laporan yang diterbitkan pada bulan ini.
Vietnam menjadi contoh percepatan adopsi. Pada 2021, penjualan kendaraan listrik di negara itu masih di bawah 0,05 persen dari total pasar, sementara kini penetrasinya di negara berkembang ASEAN telah melampaui Jepang yang masih berada di kisaran dua persen.
Transformasi juga terlihat secara global. Ember Energy mencatat pada 2019 hanya empat negara yang memiliki pangsa pasar kendaraan listrik di atas 10 persen, seluruhnya berada di Eropa. Sementara pada 2025 jumlahnya meningkat menjadi 39 negara termasuk di luar Eropa.
Data terpisah dari perusahaan akuntansi besar PricewaterhouseCoopers (PwC) Indonesia menunjukkan segmen kendaraan listrik nasional tumbuh 49 persen secara tahunan. Pangsa kendaraan listrik mencapai 18 persen dari penjualan mobil baru, lebih tinggi dibandingkan rata-rata ASEAN sebesar 17 persen.
PwC Indonesia mencatat pertumbuhan kendaraan listrik terjadi meskipun pasar otomotif nasional mengalami penurunan sebesar 11 persen hingga kuartal ketiga 2025. Kondisi ini menunjukkan minat terhadap kendaraan listrik tetap tinggi saat penjualan kendaraan turun.
PwC Indonesia juga menilai tingkat adopsi kendaraan listrik Indonesia termasuk yang terkuat di kawasan. Namun, dari enam pasar utama ASEAN, Indonesia memiliki proporsi calon pembeli kendaraan listrik paling kecil, sementara Filipina mencatat potensi tertinggi.
Tingkat kepuasan pemilik kendaraan listrik di Indonesia sangat tinggi. Sebanyak 99 persen pemilik menyatakan puas, tertinggi di ASEAN, dengan alasan utama meliputi waktu pengisian daya yang lebih baik, biaya operasional yang lebih rendah, dan peningkatan daya tahan baterai.
Di sisi lain, PwC Indonesia mencatat sebagian pemilik mempertimbangkan kembali penggunaan kendaraan bermesin pembakaran internal atau kendaraan berbahan bakar fosil. Alasan yang muncul antara lain biaya perawatan yang lebih tinggi dari perkiraan, pengalaman berkendara yang belum sesuai harapan, serta kekhawatiran jarak tempuh.
Secara umum, PwC Indonesia menilai permintaan konsumen terhadap kendaraan listrik tetap kuat. Kondisi ini menunjukkan kesiapan pasar domestik dalam mendukung pengembangan kendaraan listrik di Indonesia. (*)








