JAKARTA— Konsultan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan World Economy Forum (WEF) Shirley Santoso menyarankan agar perusahaan-perusahaan otomotif di Indonesia bisa membantu untuk mengangkat para pemasok tier kedua dan ketiganya dalam memproduksi komponen inti. Tujuannya, untuk mewujudkan implementasi peta jalan industri Making Indonesia 4.0 di industri otomotif.
“Kalau kita melihat dari sisi perusahaannya sendiri, perusahaan-perusahaan otomotif di Indonesia sudah menjalankan implementasi revolusi industri 4.0, namun bagaimana mereka bisa membantu para pemasok tier kedua dan ketiganya agar sama-sama terangkat,” kata Shirley Santoso seprti dikutip Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antaranews di Jakarta, pertengahan September 2019
Dia juga menjelaskan bahwa dengan demikian komponen yang diproduksi, bukan lagi komponen otomotif yang biasa-biasa saja melainkan komponen inti. Jadi solusinya harus dilihat secara keseluruhan dari hulu ke hilir dan bagaimana memakai pemain-pemain otomotif yang ada dan bagus serta berkiprah di pasar global untuk menarik yang lain supaya bisa maju bersama-sama.
Menurut konsultan yang juga menjabat sebagai presiden direktur PT AT Kearney tersebut, banyak tantangan yang harus dihadapi dalam implementasiMaking Indonesia 4.0 di industri otomotif. Itu misalnya dari bahan baku yang masih sangat bergantung pada bahan baku impor, seperti baja dan ini berarti harus diperbaiki.
“Indonesia kalau kita melihat sebetulnya sekarang sudah masuk ke dalam daftar 20 negara produsen tertinggi di dunia dalam hal industri mobil, namun negara tetangga kita Thailand bergerak maju lebih cepat lagi. Sekarang bagaimana dengan menjalankan Making Indonesia 4.0, kita bisa jauh lebih kompetitif dari industri otomotif di Thailand,” katanya.
Sektor industri otomotif merupakan salah satu dari lima sektor yang menjadi fokus utama dalam implementasi peta jalan industri Making Indonesia 4.0 yang diluncurkan Kementerian Perindustrian pada April 2018.
Menurut dokumen Making Indonesia 4.0 kepada media massa, salah satu strategi implementasi dalam sektor industri otomotif yakni volume dan efisiensi produksi bahan baku dan komponen penting melalui adopsi teknologi dan pengembangan infrastruktur, seperti pembangunan zona industri terpadu dan platform logistik yang lebih efisien.
Didukung pasar domestik serta investasi yang kuat dari berbagai perusahaan otomotif terkemuka, Indonesia ingin menjadi produsen mobil terbesar di antara beberapa negara Asia Tenggara (ASEAN). Indonesia pada saat ini sudah menjadi eksportir otomotif kedua terbesar di wilayah ini, walaupun produksi kendaraan masih tergantung impor bahan baku mentah (logam dan kimia) maupun komponen elektronik penting lainnya. (*)