Berita Economy & Industry

INDEF: Jika Penanganan Sigap Industri Otomotif Bisa Mulai Pulih Oktober 2020

JAKARTA— Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memperkirakan industri otomotif Indonesia bisa memasuki masa pemulihan pada Oktober 2020, setelah kasus wabah virus berangsur hilang. “Ketika wabah virus mendekati titik bawah atau tidak ada kasus sama sekali, orang akan mulai aktivitas normal. Ekonomi mulai kembali dan pemerintah mulai mengurangi pembatasan dan pabrikan mulai berproduksi. Kalau kami proyeksi bulan ketujuh mulai recovery,” kata Tauhid Ahmad melalui wawancara virtual bersama Forum Wartawan Otomotif, Jumat 10 April 2020, seperti dikutip Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara.

Menurutnya, pemulihan industri otomotif bisa terjadi dengan catatan pemerintah dan segenap pemangku kepentingan lain mengambil langkah cepat dan tanggap membenahi sektor yang terdampak. Ia mengambil contoh China mulai membuka pabrik ketika tak ditemukan lagi kasus baru. Hasilnya, roda ekonomi mulai bergerak, kemungkinan Oktober-November industri otomotif baru mulai leluasa. “Nah ini tergantung lagi ya, kalau wabah masih naik sampai Juni, pemulihan ekonomi makin akan mundur lagi,” katanya.

Ia menyebut, ada langkah yang ekstrem untuk memulihkan roda perekonomian agar kembali normal. “Kebijakan paling ekstrem memang lockdown. Tapi APBN kita pasti tak mampu untuk membiayai sekitar 108 juta masyarakat yang harus dibantu. Pemerintah juga harus menambah dana lebih dari Rp 405 triliun untuk ini,” katanya.

Ia menilai industri otomotif kini hanya bisa berharap pada kekuatan ekonomi. Pasalnya, kalangan menengah ke bawah sudah kesulitan. Tauhid menjelaskan berdasarkan data, terdapat 4,8 persen penurunan konsumsi rumahtangga. Sehingga konsumsi untuk kebutuhan otomotif akan dikesampingkan. “Saya kira saat ini siapa yang mau membeli konsumsi untuk non makanan,” kata Tauhid.

Jadi, industri otomotif masih berharap dari konsumsi orang menengah ke atas. Kalangan menengah ke bawah sudah tak mungkin.

Tauhid menilai wabah virus juga mempengaruhi strategi penjualan produsen otomotif. Konsumen loyal menjadi target utama penjualan otomotif ketimbang pegawai bergaji tetap. Alasannya, minat membeli dari kalangan pegawai terganggu dengan ketidakstibilan konsumsi selama wabah dan kecemasan tak mendapat gaji ke-13. “Misalnya sekarang, gaji pegawai tetap hampir keseluruhan ada yang terganggu. Contoh PNS mulai digoyang oleh golongan lain yang tetap mendapat gaji 13 untuk THR, tapi golongan empat atau pejabat di atasnya akan berkurang, jadi akan berdampak untuk pembelian,” katanya.

Artinya, kemampuan mereka untuk melakukan pembelian, kredit juga akan berdampak. Untuk itu, Tauhid Ahmad menilai bahwa harapan industri otomotif Indonesia untuk saat ini adalah kalangan menengah atas dan kelompok swasta. (*)