Berita

Indonesia Perlu Tingkatkan Produksi Baja Otomotif

JAKARTA— Indonesia perlu mengembangkan industri baja untuk otomotif (auto steel) seiring ekspansi perusahaan otomotif di Tanah Air. CEO Posco Indonesia Inti Kim Jhi Yong mengatakan produksi otomotif di Indonesia tumbuh 5,5 persen per tahun dan diperkirakan mencapai 2,3 juta unit pada 2025. Permintaan kendaraan bermotor bakal meningkat, sesuai pendapatan kelas menengah yang meningkat.

“Untuk 10 tahun ke depan diperkirakan akumulasi defisit perdagangan untuk auto steel akan mencapai 11 miliar dolar AS bila tak ada upaya memenuhi kebutuhan dalam negeri,” katanya dalam seminar Asia Steel Forum 2017 di Jakarta, Selasa 12 September 2017, seperti dikutip bisnis.com.

Pada saat ini, untuk memenuhi kebutuhan sektor otomotif, produsen banyak mengimpor auto steel dari Korea Selatan dan Jepang. Baja otomotif memerlukan teknologi tinggi dengan tingkat keamanan tinggi yang tak semua produsen memiliki kemampuan tersebut.

Untuk dapat mengembangkan industri auto steel, perlu dukungan dari pemerintah. Pengalaman di Korea Selatan, dukungan pemerintah sangat dibutuhkan sebagai kunci kemajuan industri, seperti baja, energi, dan listrik.

Posco, salah satu produsen baja terbesar di dunia, menyatakan berkomitmen mendukung pemerintah Indonesia dalam mengembangkan industri baja, salah satunya melalui kerja sama dengan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. dalam membangun kluster baja Cilegon.

Klaster baja Cilegon ditargetkan memproduksi 10 juta ton baja setiap tahun mulai 2025. Krakatau Steel dan Posco bekerja sama dengan mendirikan perusahaan patungan bernama PT Krakatau Posco yang saham mayoritasnya sebesar 70 persen dimiliki oleh perusahaan asal Korea Selatan tersebut.

Pada saat ini Krakatau Posco memproduksi produk baja seperti steel plate untuk kapal, infrastruktur, pipeline, dan pressure vessel dengan kapasitas produksi 3 juta ton per tahun. Direktur Pemasaran Krakatau Steel Purwono Widodo mengatakan industri dalam negeri saat ini belum kuat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pasalnya, dalam 1 mill digunakan untuk memproduksi berbagai macam varian produk.

Sementara itu, di negara yang telah mampu memproduksi auto steel dengan kualitas baik, 1 mill fokus memproduksi baja otomotif. “Nah, karena industri otomotif Indonesia berkembang, ada ke arah sana. Ini mendesak,” katanya.

Purwono menyatakan saat ini Krakatau Steel telah memproduksi baja untuk komponen otomotif berupa chasis. Bagian yang belum mampu diproduksi oleh perseroan berupa outer atau baja untuk bagian luar kendaraan. “Dari total produksi, yang ke sektor otomotif sekitar 20 sampai 30 persen,” katanya.

Untuk bisa memproduksi baja otomotif, emiten dengan kode saham KRAS tersebut bakal menggandeng investor luar negeri untuk membentuk perusahaan patungan. (*)