WASHINGTON— Dua kelompok gabungan perusahaan otomotif mengingatkan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memaksa tetap menerapkan tarif 25 persen untuk kendaraan impor. Perusahaan-perusahaan tersebut beranggapan, penerapan tarif impor untuk kendaraan akan berdampak pada hilangnya lapangan kerja di sektor-sektor otomotif, peningkatan harga kendaraan yang cukup tajam, dan ancaman peningkatan biaya industri pada produksi produk self-driving car.
Kelompok perusahaan otomotif Association of Global Automakaers yang beranggotakan Toyota Motor, Volkswagen, BMW, dan Hyundai Motor mengatakan, penerapan tarif tidak hanya mengancam industri otomotif saja, tetapi juga konsumen. Sebelumnya, pemerintah AS telah melakukan investigasi mengenai kemungkinan ancaman terhadap keamanan nasional oleh produsen-produsen otomotif asing. Presiden Donald Trump pun telah menegaskan berulangkali bahwa tarif impor untuk produk otomotif impor perlu untuk segera diberlakukan.
“Ancaman terbesar dari industri otomotif AS saat ini adalah kemungkinan pemerintah akan mengenakan bea impor selepas proses investigasi ini,”kata asosiasi perusahaan otomotif asing ini dalam keterangan tertulisnya.
Menurut mereka, penerapan bea impor ini dapat meningkatkan harga kendaraan otomotif yang akan memberatkan konsumen AS serta membatasi pilihan mereka. Sehingga, penjualan produk akan megalami tekanan, begitu pula dengan produksi otomotif di wilayah AS. “Bukannya menambah lapangan kerja, penerapan tarid ini akan berimbas pada hilangnya ratusan ribu kesempata kerja di AS yang terkait dengan produksi dan penjualan mobil, SUV truk, serta auto part,” kata mereka.
Sebelumnya, Trump sempat mengancam akan memberlakukan bea impor sebesar 20 persen untuk seluruh produk mobil dan kendaraan otomotif lain yang dirakit oleh negara-negara Uni Eropa. Pada Selasa 26 Juni 2018 Trump mengatakan, kebijakan tarif ini akan segera diberlakukan. Perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Alliance of Automobile Manufatufacturers seperti General Motors, Ford Motor, Daimler, dan Toyota dalam kesempatan terpisah mendesak agar penerapan tarif ini tak dilanjutkan.
“Kami menganggap penerapan tarif untuk kendaraan dan koponen kendaraan ini akan memberikan dampak berupa ancaman terhadap kondisi ekonomi AS serta mengancam kondisi keamanan nasional kita,” tulis aliansi ini dalam keterangan tertulisnya.
Mereka beranggapan penerapan bea impor sebagai sebuah kesalahan, dan pemaksaan untuk menerapkan tarif akan berbahaya terhadap kondisi ekonomi saat ini serta memberi kesempatan kepada negara lain untuk melindungi pasar lokal mereka dari kompetisi global.
Aliansi ini juga beranggapan, melalui hasil analisis mereka pada tahun 2017, penerapan tarif sebesar 25 persen untuk produk kendaraan impor akan meningkatkan rata-rata harga hingga 5.800 dolar AS yang juga akan meningkatkan biaya konsumen AS hingga 45 miliar dolar AS per tahun. Selain itu, hasil studi Peterson Institute for International Economics juga menunjukkan, biaya yang harus dibayarkan oleh AS melalui kebijakan tarif ini adalah kehilangan sebanyak 195.000 lapangan kerja bahkan hingga 624.000 lapangan kerja, jika negara-negara lain juga turut andil dalam penerapan kebijakan yang sama. (*)