JAKARTA— Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) memiliki target dalam menjual 525 ribu unit mobil hingga 31 Desember 2020. Jumlah tersebut sebenarnya hanya separo dari penjualan periode normal sebelum pandemi saat penjualan mobil biasanya mencapai sejuta unit lebih dalam setahun.
Sementara itu, hingga Oktober 2020 penjualan mobil baru mencapai angka 421 ribu unit. Alhasil, target tersebut menjadi pekerjaan rumah besar di sisa waktu tahun 2020 ini yang tinggal hanya beberapa pekan lagi. Padahal, angka tersebut telah melalui beberapa kali revisi. Sebelum pandemi, GAIKINDO menargetkan penjualan di atas satu juta unit selama tahun 2020 ini. Namun setelah pandemi penjualan direvisi menjadi 600 ribu unit. Kini, setelah memasuki bulan November, target tersebut kembali direvisi karena dinilai kurang realisitis.
“Sekarang totalnya baru 421 ribu. Oktober 49 ribu. Mudah-mudahan Desember 52 ribu. Angka segitu sudah menutup kira-kira harapan kita. Cuma terus terang agak berat,” kata Ketua Umum GAIKINDO Yohannes Nangoi, Selasa 17 November 2020, seperti dikuti CNBC Indonesia.
Yohannes merasa berat dengan angka tersebut. Pasalnya, penjualan mobil pada bulan Oktober lalu tidak menunjukkan hasil yang terlalu signifikan, di angka 49.043 unit atau hanya naik satu persen dari posisi September 2020 yang sempat 48.554 unit. Padahal, melihat satu bulan sebelumnya, dari bulan Agustus ke September maka persentase kenaikannya mencapai 30 persen.
Upaya untuk meningkatkan penjualan salah satunya dengan mengajukan relaksasi pajak. Namun berbeda dengan pengajuan pajak pada September 2020 yang lalu, kali ini GAIKINDO hanya mengajukan pembebasan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). Sementara itu, pada pengajuan lalu di dalamnya ada empat relaksasi pajak sekaligus, yakni pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB), sementara untuk pemerintah pusat yakni pajak pertambahan nilai (PPN) dan (PPnBM).
“Terus terang kami diskusi dengan Kemenperin. Kemudian mencoba memikirkan alternatif lain. Kalau nggak bisa nol persen, bisa separonya atau gimana. Dan mereka bilang masih dikaji,” katanya.
Jika dikabulkan, maka ini bakal menjadi angin segar bagi agen pemegang merk (APM). Sekretaris Umum GAIKINDO Kukuh Kumara berharap relaksasi itu bisa menjadi semacam ‘pemanis’ agar angka penjualan bisa mengarah ke normal. “Jangan sampai dilihat Indonesia nggak naik-naik [penjualannya]. Indonesia sekarang peringkat tiga di ASEAN, biasanya selalu domestic sales nomer satu di ASEAN. Kita sekarang kalah di bawah Thailand dan Malaysia yang notabene penduduknya lebih sedikit dari kita,” kata Kukuh.
Adapun dari sisi APM juga tak bisa berleha-leha di akhir tahun 2020 ini. Ia melihat setiap perusahaan bakal mengejar targetnya masing-masing. “Kebijakan dari masing-masing perusahaan gimana mereka ngejarnya. Dari kita mengupayakan kemarin ada relaksasi pajak tapi belum dikabulkan, dan lain sebagainya,” kata Kukuh. (*)