Berita

Industri Otomotif Vietnam Menggeliat, KADIN Beri Alarm ke Pemerintah RI

JAKARTA— Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Moneter, Fiskal, dan Kebijakan Publik Raden Pardede menyatakan kebijakan Vietnam saat ini bisa memancing beberapa produsen otomotif memindahkan basis produksinya ke sana. Pemantik utamanya ialah pertumbuhan ekonomi Vietnam yang di atas tujuh persen dalam 10 tahun terakhir (Indonesia sekitar lima persen).

Pemicu lainnnya adalah kebijakan Vietnam memberlakuan pajak konsumsi spesial (special consumption tax, SCT) bagi barang impor, termasuk  produk otomotif. Artinya, Vietnam membebani pajak  ekstra terhadap mobil-mobil yang diimpor dari Negara lain, termasuk dari Indonesia.

Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Kukuh Kumara menyatakan pindah produksi seperti itu bisa saja terjadi. Tapi GAIKINDO maupun pemerintah tak akan membiarkannya. 

“Sejauh ini, kami memberi berbagai masukkan kepada pemerintah dan pelaku industri karena GAIKINDO bertekad agar ekspor otomotif Indonesia terjaga. Tapi bagaimanapun juga, kita harus bersiap-siap,” kata Kukuh di Jakarta, Senin 7 Oktober 2019, seperti dikutip Kompas.

Kalaupun beberapa produsen otomotif mulai membuat pabrik di sana, ucap Kukuh lagi, paling tidak tipe yang dipilih adalah perakitan. Dalam artian, segala komponen mobil masih harus diimpor dari Indonesia. “Menjaga komponen ini penting, karena sudah banyak komponen otomotif di Indonesia. Jadi kalau memang pabrik dipindahkan, perakitan saja. Sehingga kita masih bisa ekspor dalam bentuk completely knocked-down (CKD),” katanya. 

Memang, langkah tersebut akan berdampak pada total ekspor mobil buatan Indonesia ke Vietnam. Namun jika harus mengambil langkah terburuk, pilihan itu bisa menjadi rekomendasi. “Pada dasarnya, negara di ASEAN itu saling mengisi pasar, saling membantu. Jadi terkait segala kebijakan negara tak terkecuali di Vietnam (tentang SCT khususnya), akan kita rundingkan,” kata Kukuh. 

Sebelumnya, Tenaga Ahli Bidang Perjanjian Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI Rico Nugrahatama mengatakan, sekitar 53 persen dari seluruh ekspor Indonesia berada di ASEAN. Sementara Vietnam, pangsa pasarnya mencapai 7,8 persen dengan nilai ekspor sebesar 586.514 dolar Amerika Serikat (AS) pada 2018. 

Selama semester pertama tahun 2019, ekspor ke Vietnam mengalami pelonjakkan signifikan. Dalam sektor otomotif, nilainya sudah menyentuh angka 400 juta dolar AS. Diharapkan capaian itu bisa terus bertumbuh hingga mencapai 1 miliar dolar AS di akhir 2019.

Sebelumnya terbetik berita bahwa Mitsubishi Motors Corporation (MMC) berencana memproduksi MPV Xpander di Vietnam mulai 2020. Sebelum ini Xpander unuk padar Vietnam dipasok dari Indonesia dari pabriknya di Cikarang (Jawa Barat).

Pembuatan pabrik baru Xpander di Vietnam nantinya tentu akan berdampak pada ekspor mobil dan komponen dari Indonesia yang oleh Vietnam dihadang dengan regulasi SCT. Rencana pembuatan pabrik Xpander di Vietnam diumumkan bersamaan dengan acara peringatan 25 tahun berdirinya Mitsubishi Motors Vietnam yang digelar di kota Ho Chi Minh. Sebelumnya pabrik Mitsubishi di Vietnam hanya memproduksi model Outlander.

“Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk rencana di pabrik Vietnam yang didirikan untuk memproduksi mobil-mobil berkualitas tinggi dan memuaskan lebih banyak konsumen di negara ini,” kata Osamu Masuko (CEO MMC) seperti dikutip Otospirit.

Penjualan Xpander terus menunjukkan hasil yang positif di seluruh Asia Tenggara sejak pertama kali hadir pada 2017. Proses produksi dan penjualan pertama kali dilakukan di Indonesia. Menyusul kemudian dirilis di Vietnam pada Oktober 2018.

Di Vietnam, Xpander memperoleh respon yang cukup baik. MMV berhasil menjual Xpander sebanyak 14 ribu unit di Vietnam dalam tahun fiskal 2018. Sampai saat ini proses perakitan Xpander secara global baru dilakukan di pabrik Cikarang, Bekasi. Ini berarti Vietnam menjadi negara kedua yang menjadi basis produksi Mitsubishi Xpander.

“Saya percaya diri bahwa tantangan tersebut akan menstabilkan bisnis kami di Vietnam dengan pertumbuhan berkelanjutan sembari menumbuhkan pula pasar otomotifnya plus kondisi ekonominya terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja, pengembangan, investasi, serta transfer teknologi,” kata Masuko. (Foto: Vietnam Investment Review)