Berita Economy & Industry

Logistik Terpukul karena Pandemi, Industri Otomotif Kena Imbasnya

JAKARTA— Industri otomotif dan industri angkutan logistik menjadi salah satu sektor yang paling terpukul karena surutnya ekonomi akibat Virus Corona. Bisnis logistik mengalami penurunan yang sangat tajam, diperkirakan hingga 80 persen. Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita mengatakan, meski sudah memasuki era new normal, kegiatan logistik belum akan pulih seperti sedia kala. 

Lisnis logistik telah mengalami penurunan yang sangat tajam yakni hingga 80 persen selama masa pandemi. “Sejak Januari sudah terasa, bahkan sejak Maret hampir tak ada kegiatan. Tapi, sekarang mulai bergerak,” kata Zaldy di Jakarta, Selasa 7 Juli 2020, seperti dikutip Detik.

Dia menggambarkan, pelaku usaha kini masih banyak menyimpan stok lama karena tak ada pengiriman. Saat ini pelaku usaha sedang berupaya menghabiskan stok yang ada. “Barang-barang yang ada di gudang banyak yang tak bergerak. Kemungkinan kegiatan logistik baru mulai aktif lagi setelah satu sampai dua bulan penerapan new normal atau sekitar Agustus,” katanya.

Sementara itu, pengamat ekonomi Universitas Indonesia (UI) Rizal E Halim mengatakan pemerintah harus segera memutus mata rantai penyebaran pandemi. Di sisi lain, pelaku usaha harus diberikan stimulus atau insentif. “Kalau sektor usaha tertolong, sektor logistik juga akan berjalan kembali,” katanya.

Lesunya sektor logistik itu berpengaruh terhadap sektor otomotif khususnya di lini yang terkait dengan logistik seperti Elf, truk, dan pick-up. General Manager PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Attias Asril mengakui, industri otomotif termasuk salah satu yang mengalami penurunan penjualan saat pandemi. Meski begitu, pasar mobil komersial masih cukup menjanjikan karena adanya pertumbuhan positif di sejumlah sektor bisnis pada saat pandemi. Contohnya sektor logistik dan kurir. “Kami yakin penjualan kendaraan komersial akan membaik walaupun untuk menyamai tahun lalu cukup berat,” katanya.

Peningkatan tersebut terjadi karena ada sejumlah sektor yang tumbuh pada masa pandemi seperti logistik dan kurir. Hanya saja mereka membutuhkan kendaraan yang hemat biaya operasionalnya, yakni konsumsi bahan bakar minyak (BBM), layanan servis, dan suku cadang.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) year to date Mei 2019 sampai Mei 2020 Isuzu Giga tercatat tumbuh 3,6 persen, namun volume penjualannya minus 45,4 persen. Untuk Isuzu Elf, market share-nya naik 1,5 persen namun penjualannya minus 29,8 persen. Sedangkan, Isuzu Traga membukukan market share 9,9 persen, tetapi penjualannya minus 9,6 persen. Padahal, total pasar kendaraan komersial pada periode yang sama melemah minus 37,5 persen. Pada Mei 2019 tercatat penjualan sebanyak 97.484 unit dan pada Mei 2020 tercatat sebanyak 60.963 unit. (*)