Berita Economy & Industry

Manufaktur RI Tumbuh, PMI Sentuh 51,2 di Tengah Lonjakan Biaya Produksi

BISNIS.COM — Aktivitas manufaktur Indonesia terus tumbuh selama tiga bulan terakhir. Pada Oktober 2025, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur naik ke level 51,2 dari sebelumnya 50,4.PMI adalah indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja sektor manufaktur. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi atau pertumbuhan, sedangkan di bawah 50 menandakan kontraksi.

Laporan lembaga riset dan analisis keuangan internasional S&P Global menunjukkan kondisi sektor manufaktur tetap stabil. Produksi meningkat, aktivitas pembelian bertambah, dan penyerapan tenaga kerja membaik. Peningkatan permintaan terutama datang dari pasar domestik, sementara permintaan ekspor menurun dua bulan berturut-turut karena lemahnya pasar global.

Dari sisi biaya, produsen melaporkan inflasi harga input terus naik. Biaya rata-rata meningkat pada laju tercepat dalam delapan bulan terakhir akibat kenaikan harga bahan baku.

Ekonom S&P Global Market Intelligence Usamah Bhatti mengatakan sektor manufaktur menguat di awal kuartal keempat tahun 2025. Ia menilai hal ini memberi prospek positif bagi bulan-bulan berikutnya. Permintaan yang naik mendorong peningkatan penjualan, tenaga kerja, dan aktivitas pembelian. Namun volume produksi masih cenderung netral karena sebagian perusahaan mengandalkan stok barang jadi yang sudah ada.

Tekanan harga tetap tinggi dengan produsen mencatat kenaikan beban biaya paling tajam dalam delapan bulan terakhir akibat naiknya harga bahan baku. Untuk menjaga daya saing, banyak perusahaan menahan kenaikan harga jual, sehingga harga produk hanya naik tipis meski biaya produksi meningkat. Dalam waktu bersamaan, beberapa produsen memilih meningkatkan kapasitas produksi guna memenuhi pesanan baru, sementara sebagian lainnya memanfaatkan stok lama yang menyebabkan persediaan barang jadi menurun.

Optimisme terhadap prospek 12 bulan ke depan sedikit menurun dibanding September dan masih di bawah rata-rata jangka panjang. Namun, Indeks Output Masa Depan tetap menunjukkan keyakinan positif, didukung oleh harapan permintaan yang lebih kuat dan peluncuran produk baru.

Indeks Output Masa Depan merupakan indikator turunan dari survei PMI yang menggambarkan ekspektasi perusahaan terhadap kondisi produksi dalam 12 bulan ke depan. Indeks ini mencerminkan optimisme pelaku industri terhadap permintaan dan rencana bisnis jangka menengah. (*)