Berita Economy & Industry

Menanti Janji Investasi Rp 100 Triliun untuk Industri Otomotif Indonesia

JAKARTA— Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pernah menyampaikan dalam lima tahun ke depan bakal datang investasi otomotif baru Rp100 triliun. “Saya optimistis dalam waktu lima tahun yang akan datang saya menargetkan akan ada Rp 100 triliun investasi baru di sektor otomotif,” ujar Airlangga menurut catatan pidato tertulisnya di pembukaan pameran mobil internasional GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019, Agustus lalu, seperti dikutip CNN.

Kemenperin saat ini sedang mempercantik wajah Indonesia untuk menarik perhatian para investor otomotif, terutama yang berkaitan dengan elektrifikasi. Daya tarik utamanya adalah Indonesia terbuka sebagai pasar, basis produksi, dan lokasi riset pengembangan teknologi listrik. Itu didasari Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. Perpres ini telah dirilis pada 12 Agustus 2019.

Menurut pernyataan Kemenperin, ada beberapa produsen otomotif global yang sudah menyatakan tertarik berinvestasi di dalam negeri. Meski begitu hingga saat ini belum ada satupun investasi besar yang kejadian.Berikut catatan wacana investasi otomotif yang pernah disampaikan Kemenperin:

Toyota

Salah satu produsen kendaraan terbesar di dunia ini pernah disebut Airlangga hendak menyatakan komitmen dalam beberapa tahun mendatang melalui investasi jangka panjang senilai Rp 28,3 triliun. Airlangga bilang investasi itu diarahkan pada pengembangan kendaraan listrik, khususnya hybrid.

Airlangga menyampaikan hal itu usai bertemu dengan prinsipal Toyota di Jepang. “Rencana investasi Toyota berikutnya terkait dengan kebijakan pemerintah yang baru, yaitu yang mendorong pengembangan electric vehicle. Nah, itu yang akan tercantum dalam dua PP (Peraturan Presiden),” kata Airlangga.

“Pertama, mengenai percepatan kendaraan berbasis elektrik, dan yang kedua adalah kegiatan terkait dengan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) untuk industri berbasis elektrik, yang di dalamnya termasuk hybrid. PPnBM itu akan menjadi nol kalau berbasis kepada elektrik dan emisinya paling rendah,” kata Airlangga lagi.

Hyundai

Selain Toyota, Airlangga juga mengungkap produsen asal Korea Selatan, Hyundai, serius berniat menanamkan modal di Indonesia. Hyundai dikatakan bakal mendirikan pabrik dan fasilitas lain dengan nilai investasi mencapai 1 miliar dolar Amerika Serikat (AS), setara Rp14,6 triliun.

Soal investasi Hyundai bukan cuma melibatkan Kemenperin, tetapi juga Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Panjaitan. Luhut bahkan mengaku sudah beberapa kali bertatap muka dengan prinsipal Hyundai untuk ‘menagih’ janji investasi di Indonesia. 

Honda

Produsen asal Jepang lainnya, Honda, juga dikabarkan siap menambah investasi di dalam negeri. Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin Putu Juli Ardika pernah mengungkap hal itu. “Ada beberapa yang memang menyatakan minatnya. Honda juga siap, tapi belum declare (diumumkan),” kata Putu.

Relokasi Pabrik Otomotif China

Indonesia juga disebut akan kedatangan pemain baru asal China yang mau merelokasi pabrik. Deputi III Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Maritim Ridwan Djamaluddin menyampaikan dua produsen mobil tersebut adalah BYD Automobile Co Ltd yang merupakan produsen mobil listrik, dan produsen kendaraan komersial, Jianghuai Automobile Co Ltd (JAC Motors). 

Sebelumnya Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto juga telah mengkonfirmasi niatan BYD tersebut.  Kedua perusahaan sudah menyampaikan niat berinvestasi, meski belum menyatakan komitmen nilai investasi. Saat ini, prosesnya masih dalam tahap penjajakan, dan belum menentukan lokasi pabrik di Indonesia.

Pabrik Baterai

Pembuktian keseriusan pemerintah menyiapkan ekosistem elektrifikasi telah ditunjukkan melalui peresmian kawasan industri baterai di dua lokasi terpisah yaitu Morowali dan Halmahera. Dua kawasan itu yang diharapkan banyak mendatangkan investasi untuk mengolah material baterai yakni nikel dan kobalt.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto pernah mengungkap pihaknya sedang mendorong investasi dari Korea Selatan dan Jepang. “Yang kami dorong dengan Jepang ini adalah, bukan hanya jepang, Korea juga saya sampaikan. Ini pabrik baterainya baru materialnya saja. Dan itu kami dorong investor, tak hanya Jepang,” kata Harjanto. 

Sementara itu Luhut pernah mengatakan ada investasi besar dalam bidang baterai lithium yang sedang dipantau pemerintah bernilai Rp 56 triliun di Morowali. Investasi itu diboyong oleh perusahaan asal China bernama Contemporary Amperex Technology (CATL) yang bekerja sama dengan LG, Mercedes-Benz, dan Volkswagen.

Proyek tersebut sudah melakukan peletakan batu pertama dan akan merealisasikan investasi tahap pertama sebesar 1 miliar dolar AS atau Rp14 triliun terlebih dulu.  “Kenapa dia mau bikin di kita (Indonesia)? Karena material baterai lithium ada di Indonesia. Itu nanti gabungan antara Mercedes, Volkwagen, ia masuk ke sini,” kata Luhut. 

Sedangkan nilai investasi di Halmahera mencapai 10 miliar dolar AS atau sekitar Rp144 triliun. Anggaran yang digelontorkan untuk pembangunan kawasan industri tersebut pada tahap pertama 5 miliar dolar AS, kemudian tahap berikutnya sebesar 5 miliar dolar AS. (*))