Berita Economy & Industry

Produsen Mobil China Kuasai Pasar Timur Tengah, Amerika Latin, Afrika dan Asia

TRIBUNNEWS— Kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan tarif pajak lebih besar untuk mobil buatan China. Meski begitu, dominasi produk China di berbagai belahan dunia tak terbendung. Pertumbuhannya sangat besar dengan 4,7 juta mobil diekspor dari China tahun 2024 lalu, tiga kali lipat dari jumlah pada tahun 2021.

Walau sulit menguasai di pasar mobil di Kawasan Amerika Utara, ditambah persaingan yang ketat di Eropa, mobil-mobil China beralih ke belahan bumi selatan sebagai upaya untuk mengalihkan inventarisnya. Pasar Asia Tenggara, Timur Tengah, Amerika Latin dan Afrika adalah kawasan yang menarik.

Menurut laporan dari The Economist, produsen mobil China telah berkembang hingga menguasai delapan persen pasar di Timur Tengah dan Afrika, enam persen di Amerika Selatan, dan empat persen di Asia Tenggara, dalam beberapa tahun. Dorongan agresif Tiongkok ke pasar-pasar ini berasal dari perlambatan di pasar dalam negerinya. Tahun lalu, 23 juta kendaraan terjual di China. Jumlah itu justru kian menurun dan produsen mobil domestik dihadapkan pada masalah kelebihan kapasitas yang parah.

Diperkirakan jika pabrik mobil China beroperasi dengan kapasitas penuh, mereka dapat memproduksi hampir 45 juta mobil per tahun. Saat ini, produksi dipatok pada 60 persen dari angka tersebut, melansir Carscoops. Meski mereka memiliki masalah kelebihan kapasitas di dalam negeri, produsen mobil China ingin menancapkan bendera di luar negeri, dengan membangun pabrik baru.

Laporan memperkirakan bahwa 2,5 juta mobil akan dibuat oleh merek-merek China di pabrik-pabrik asing, yang memungkinkan perusahaan-perusahaan ini menghindari tarif dan biaya pengiriman lebih besar. BYD sudah membuat mobil di Thailand dan Uzbekistan, dengan pabrik-pabrik di Brasil, Indonesia, Hungaria, Turki dan mungkin Meksiko. Mereka tidak sendirian, dengan Chery, Great Wall, SAIC dan Changan yang juga sedang menyusun rencana serupa.

Terlepas dari itu, produsen mobil China membuat pesaing mereka dari Jepang dan Korea Selatan merasa khawatir, serta merek-merek Amerika dan Eropa yang tidak menyukai tekanan tambahan tersebut. (*)