JAKARTA— Penjualan mobil nasional tercatat terus naik tahun 2021. Seiring kondisi perekonomian yang mulai membaik, konsumen memanfaatkan berakhirnya masa diskon pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) 100 persen pada akhir bulan Agustus 2021.
Pada bulan Juli 2021, penjualan mobil domestik naik 340 persen secara tahunan (year on year, yoy) menjadi 66.639 unit dibanding Juli 2020 sebanyak 15.145 unit. Penjualan mobil bulan Agustus 2021 diprediksi naik, sebab diskon PPnBM yang berlaku hanya 25 persen mulai bulan September-Desember 2021.
Target penjualan mobil hingga akhir tahun 2021 masih di angka 750 ribu unit, lebih tinggi dari penjualan tahun 2020 yang mencapai 532.000 unit. Penjualan mobil selama bulan Januari-Juli 2021 secara kumulatif tumbuh 60 persen yoy menjadi 460 ribu unit. Bila rata-rata penjualan bisa mencapai 60 ribu unit per bulan hingga akhir tahun 2021, pelaku industri otomotif termasuk diler otomotif bisa optimistis dengan target penjualan mobil 2021 sebanyak 750 ribu unit.
Perekonomian Indonesia pada kuartal kedua tahun 2021 tumbuh 7,07 persen dibanding kuartal kedua tahun 2020. Pertumbuhan terjadi pada semua lapangan usaha. Lapangan usaha transportasi dan pergudangan merupakan yang paling signifikan dengan pertumbuhan sebesar 25,10 persen, dan penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 21,58 persen. Industri pengolahan yang memiliki peran dominan juga tumbuh sebesar 6,58 persen. Pertumbuhan ketiga lapangan usaha sektor menandai sektor otomotif pun bergerak naik.
Secara spasial, struktur perekonomian Indonesia pada triwulan kedua tahun 2021 didominasi kelompok provinsi di Pulau Jawa dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 57,92 persen, disusul Pulau Sumatera 21,73 persen, Kalimantan 8,21 persen, Sulawesi 6,88 persen dan Pulau Bali dan Nusa Tenggara 2,85 persen. Pulau Maluku dan Papua sebesar 2,41 persen.
Perbaikan perekonomian terjadi di semua kelompok pulau dengan tingkat pertumbuhan yang berbeda. Kelompok Pulau Maluku dan Papua pada triwulan kedua tahun 2021 tumbuh paling tertinggi sebesar 8,75 persen dibanding tahun lalu, diikuti Sulawesi 8,51 persen, Jawa 7,88 persen, Kalimantan 6,28 persen, Sumatera 5,27 persen; serta Pulau Bali dan Nusa Tenggara 3,70 persen.
Para produsen dan distributor otomotif harus cermat dalam memasarkan produknya ke provinsi-provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik, terutama yang setara atau bahkan melebihi pertumbuhan ekonomi nasional. Pulau Jawa, Sulawesi, serta Maluku dan Papua memiliki angka pertumbuhan ekonomi yang baik, sehingga berpotensi menjadi pasar produk otomotif sesuai dengan kapasitas masing-masing daerah.
Simpanan dana pihak ketiga (DPK) yang tersimpan di perbankan yang tumbuh tinggi (11 persen per Juni lalu) mencerminkan disposable income setiap masyarakat yang tinggi yang siap pakai untuk dibelanjakan. Pelonggaran pembatasan aktivitas dan pemberian diskon PPnBM untuk pembelian produk otomotif menciptakan “permintaan mendadak” (pent-up demand) dari masyarakat. Orang bisa tiba-tiba ingin membeli suatu produk baru di saat orang itu mungkin sedang tidak butuh, salah satunya mobil baru.
Faktor pendorong kenaikan permintaan otomotif di bulan-bulan berikutnya adalah vaksinasi massal yang terus dipercepat demi mencapai kekebalan kelompok (herd immunity). Orang yang sudah divaksin dua dosis, pada umumnya memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi, sehingga berani keluar rumah dan melakukan aktivitas outdoor maupun melakukan mobilitas secara terbatas dengan protokol kesehatan yang ketat.
Orang-orang seperti ini pun akan mudah tergoda untuk melakukan pembelian mobil baru, baik karena dorongan impulsif, atau spontanitas semata karena memiliki disposable income yang tinggi dan adanya pent-up demand. Permintaan otomotif akan melibatkan peran sektor keuangan (perbankan, pembiayaan, pasar modal, dan asuransi). Dari segi produksi, industri otomotif melibatkan puluhan jenis output terkait lainnya.
Kenaikan mobilitas orang dengan menggunakan kendaraan berkendaraan mesin akan mendorong tingkat konsumsi masyarakat sehingga pertumbuhan konsumsi rumah tangga (KRT) akan meningkat. Kontribusi KRT terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)) cukup signifikan, yakni sebesar 56 persen. Bila KRT terus tumbuh dengan rata-rata minimal 5 persen yoy, sudah dapat menjaga pertumbuhan ekonomi nasional minimal 5 persen.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi juga perlu ditopang pertumbuhan investasi langsung, belanja pemerintah dan surplus ekspor-impor. Sektor otomotif berkontribusi cukup signifikan terhadap ekspor nasional, yakni 4,5 persen, karena termasuk 10 besar produk ekspor nonmigas nasional. Kontribusi industri otomotif terhadap PDB tahun lalu cukup signifikan, yakni sebesar 4,42 persen.
Prospek industri otomotif yang terjaga baik di semester kedua tahun ini juga didukung populasi Indonesia yang sebanyak 272 juta jiwa, dengan separuh dari populasi merupakan usia produktif dan masuk kategori kelas menengah dengan potensi konsumsi yang tinggi.
Rasio kepemilikan mobil di Indonesia saat ini masih 99 mobil per 1.000 orang. Sementara, rasio kepemilikan mobil di Malaysia yang memiliki penduduk 37 juta jiwa mencapai 450 mobil per 1.000 orang, sedangkan Thailand 240 mobil per 1.000 orang. Hal ini menandai peluang penjualan mobil di Indonesia masih besar. Pasar mobil Indonesia saat ini masih yang terbesar di kawasan ASEAN, dengan kontribusi sebesar 34 persen.
Peran dan kontribusi sektor otomotif yang strategis baik dalam struktur industri manufaktur maupun perekonomian nasional, pemerintah bisa jadi akan menimbang kembali kebijakan stimulus dan insentif terbaik untuk mendorong pertumbuhan sektor otomotif nasional ini. (Kontan)