Berita Berita APM Economy & Industry

Terkena Dampak PPKM, Toyota tetap Optimistis Industri Otomotif Bangkit

JAKARTA— Di tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 hingga 9 Agustus 2021, Toyota Indonesia menyatakan industri otomotif Indonesia masih sanggup berekspansif. Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) nol persen yang terus dilanjutkan pemerintah mendasari rasa optimistis terhadap industri otomotif Tanah Air. 

“Selain itu, ada lebih 5 juta unit in operation [UIO] yang sudah [berumur] 10 tahun lebih, yang normalnya sudah harus diganti. Kami lihat ini sebagai potensi pasar yang besar,” kata Bob seperti dikutip Bisnis, Rabu 4 Agustus 2021.

Bob berpendapat pemulihan industri di Indonesia sangat bergantung pada pengendalian pandemi Covid-19. Contohnya, kenaikan kasus aktif virus Covid-19 bulan lalu membuat pemerintah menetapkan pembatasan mobilitas masyarakat.

Pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mulai bulan Juli 2021, dan diperpanjang hingga tanggal 9 Agustus 202 seiring lonjakan kasus Covid-19. Penerapan PPKM membuat kinerja Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis IHS Markit pada bulan Juli 2021 anjlok ke level 40,1 dari 53,5 pada bulan sebelumnya. Dalam perhitungan IHS Markit, nilai 50 artinya posisi netral atau tak terjadi perubahan. Nilai indeks berada di atas 50 artinya terjadi ekspansi dalam industri, sedangkan nilai indeks di bawah 50 berarti sebaliknya.

Direktur Asosiasi Ekonomi IHS Markit Jingyi Pan mengungkapkan gelombang kedua pandemi Covid-19 menghantam keras dan cepat sektor manufaktur Indonesia pada Juli 2021. Indeks output dan permintaan baru turun signifikan ke zona kontraksi. “Ketidakpastian yang terus meningkat juga menyebabkan perusahaan melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja) pada laju tercepat sejak Juni 2020. Namun kabar baiknya kemungkinan ini akan berjalan sementara di tengah pembatasan PPKM Level 4,” kata Jingyi Pan dalam laporan IHS Markit.

Jingyi menjelaskan perusahaan manufaktur secara keseluruhan tetap bertahan untuk kinerja 12 bulan ke depan di tengah badai pandemi Covid-19 yang semakin parah, tapi harapan pemulihan dan kemungkinan perbaikan dari permintaan yang tertunda masih ada.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan kemungkinan rebound PMI manufaktur dalam periode ke depan bergantung pada penerapan PPKM dan pengendalian Covid-19. Menurut David, kondisi manufaktur hanya melemah sementara sejalan dengan tren penurunan kasus Corona. (*)