LIPUTAN6— Penjualan mobil baru di Indonesia belum menunjukkan tren positif sepanjang 2025. Berdasarkan data penjualan secara kumulatif dari Januari hingga September, tercatat sebanyak 561.819 unit terjual. Angka ini turun 11,3 persen dibanding periode yang sama tahun 2024 lalu yang membukukan 633.660 unit.
Dengan capaian tersebut, industri otomotif nasional masih perlu mengejar penjualan sekitar 200 ribu hingga 300 ribu unit lagi untuk bisa memenuhi target Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), yang ditargetkan di kisaran 800 ribu hingga 850 ribu unit sepanjang tahun ini. Deputy Managing Director Sales and Marketing 4W PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) Donny Ismi Himawan Saputra mengungkapkan beberapa langkah yang bisa ditempuh untuk mendongkrak penjualan mobil di sisa tiga bulan terakhir tahun ini.
“Untuk mendorong pemulihan industri otomotif, menurut saya saat ini pemerintah sudah memberikan insentif, khususnya untuk produk-produk yang masuk ke dalam kategori Low Carbon Emission Vehicle (LCEV), masih belanja di tiga persen. Jadi dari sudut pandang regulasi, saya rasa sudah cukup,” jelas Donny belum lama ini.
Donny menekankan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi laju industri otomotif, yaitu kondisi ekonomi, regulasi, serta aktivitas dari masing-masing merek otomotif itu sendiri. “Dari sisi ekonomi, tahun ini relatif cukup stabil, bahkan ada potensi perbaikan di semester kedua. Harapannya ini bisa menjadi pemicu pertumbuhan industri,” tambahnya.
Tak hanya mengandalkan stimulus dari pemerintah dan kondisi ekonomi makro, Donny juga menyoroti pentingnya peran aktif dari masing-masing merek otomotif dalam menjaga performa penjualan. “Yang ketiga adalah effort dari masing-masing brand, baik itu lewat program penjualan atau peluncuran produk baru. Ini krusial, apalagi di tiga bulan terakhir tahun ini,” katanya.
Menurutnya, strategi promosi yang tepat dan momentum peluncuran produk yang segar bisa memberikan dorongan signifikan terhadap volume penjualan di kuartal akhir 2025. “Dari sudut pandang pemerintah sudah cukup. Sekarang tinggal bagaimana brand menggerakkan program penjualan yang menarik, supaya bisa menjaga dan meningkatkan volume hingga tutup tahun,” kata Donny. (*)

