JAKARTA— Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), PT Telkom, dan PT Pertamina (Persero) menyepakati pemberlakuan kebijakan digitalisasi tiap nozzle (moncong selang) yang ada di 5.518 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) milik Pertamina dari total 7.415 SPBU. Langkah itu untuk mengendalikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan BBM Khusus Penugasan (Premium) agar lebih tepat sasaran.
Hal ini ditegaskan pada rapat koordinasi BPH Migas, PT Pertamina, dan PT Telkom yang diselenggarakan di Gedung BPH Migas pada Rabu, 12 Agustus 2018. Digitalisasi nozzle pada SPBU Pertamina akan memudahkan BPH Migas mengawasi dan mendata semua volume BBM Public Service Obligation (PSO) dan Non PSO yang didistribusikan melalui SPBU. PT Pertamina akan memberlakukan dan memastikan agar sistem digitalisasi ini terbangun pada akhir 2018.
Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa mengatakan bahwa dirinya sangat optimis bahwa target yang telah ditetapkan akan tercapai dengan adanya transformasi leadership dan budaya kerja yang di pimpinan PT Pertamina. BPH Migas berkomitmen membantu percepatan kalibrasi flowmeter dan tangki timbun dengan melakukan koordinasi dengan Direktorat Metrologi Kementerian Perdagangan.
Direktur Enterprise and Business PT Telkom Dian Rachmawan mengatakan, untuk menerapkan sistem digital pada penyaluran BBM, PT Telkom Indonesia selaku mitra, akan menempatkan sensor penghitung penyaluran BBM dari tangki pendam yang terdapat pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), sampai keran penyaluran BBM dari dispenser ke kendaraan (nozzle).
“Kami akan memasang semua sensor dari tangki penyimpanan, pengisian sampai di nozzle,” kata Dian, di Kantor Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Jakarta, seperti dikutip Merdeka pada Kamis 13 Agustus 2018.
Dian mengungkapkan, untuk mendukung penerapan sistem digital pada penyaluran BBM, Telkom akan membangun aplikasi dan jaringan internet, yang dapat menampung dan menyalurkan data. “Kami juga siapkan paltform aplikasi yang semua devices. Lalu, networkkami cukup confident,karena sensor ini bisa dijalankan dengan jaringan yang 3G. Kalau network4G tak ada, tak masalah,” katanya.
Senior Vice President Corporate ICT Pertamina Jeffrey Tjahja Indra melanjutkan, data penyaluran BBM dari tangki timbun sampai yang dikeluarkan ke tangki kendaraan akan tercatat secara digital, kemudian data penyaluran BBM yang dilakukan masing-masing SPBU di transfer ke pusat data untuk dilaporkan ke BPH Migas selaku regulator yang menangani penyaluran BBM. “Digitalisasi ini pada prinsipnya kita melakukan konversi dari jumlah liter, yang disalurkan jadi format elektronik. Format ini dikirim ke satu data centre, dari seluruh SPBU ini di-convert,” katanya.
Dari data penyaluran dari Pertamina dengan yang disalurkan ke masyarakat akan dicocokkan, jika terjadi ketidak cocokan maka selisih akan ditanggung perusahaan. “Ini kita lihat volume dari nozzle. Selisihnya harus dipertanggungjawabkan. Jadi selisihnya kelihatan,” katanya. (*)