Berita Economy & Industry

Hingga Juli 2022 Otomotif Sumbang Surplus Neraca Dagang 661,2 Juta Dolar AS

JAKARTA—  Industri otomotif mencetak surplus neraca dagang sebesar 661,26 juta dolas Amerika Serikat (AS) selama tujuh bulan pada tahun 2022 ini. Itu berkat nilai ekspor yang melonjak hingga 18 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait ekspor HS 87 Kendaraan Bermotor dan Bagiannya mencakup produk ekspor roda dua, roda empat atau lebih secara utuh maupun terurai, beserta komponennya. 

Secara nilai total nilai ekspor itu mencapai 5,88 miliar dolar AS. Realisasi ekspor itu tumbuh 18 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 4,96 miliar dolar AS. Sayangnya, saat bersamaan pertumbuhan nilai impor melonjak tajam. 

Dari data yang sama, nilai impor HS 87 mencapai 5,22 miliar dolar AS. Kinerja itu melesat 48,25 persen dibandingkan 3,52 miliar dolar AS pada periode sama tahun 2021 yang lalu. Karena itu, meski memetik surplus perdagangan otomotif hingga Juli tahun ini, nilai tersebut semakin menyusut. Pada periode sama tahun lalu, surplus neraca dagang itu menembus 1,43 miliar dolar AS. 

Ekspor otomotif Indonesia didongkrak pengapalan produk roda empat dengan kapasitas mesin 1.000-1.500cc dalam bentuk utuh (completely built up, CBU). Produk tersebut menyumbang nilai ekspor sebesar 1,09 miliar dolar AS selama tujuh bulan tahun berjalan. 

Pada posisi kedua, kontributor ekspor terbesar adalah ekspor roda empat dengan kapasitas mesin 1.500-1.800 cc CBU . Total nilai ekspor produk tersebut mencapai 714,3 juta dolar AS. Ekspor terbesar ketiga disangga produk roda empat dengan silinder mesin di atas 2.500 cc, yang menorehkan ekspor sebesar 547,22 juta dolar AS selama Januari-Juli tahun 2022 ini.

Sedangkan nilai ekspor roda dua dengan kapasitas mesin antara 50-150cc secara utuh tercatat sebesar 382,3 juta dolar AS. Ekspor juga ditopang produk aksesoris dan komponen yang mengemas nilai 485,3 juta dolar AS selama Januari-Juli tahun ini. Secara keseluruhan, produk-produk ekspor itu masih bertumpu pada teknologi konvensional (internal combution engine, ICE). Sedangkan negara tujuan utama masih berkisar regional ASEAN, terutama Filipina, Vietnam, dan Malaysia. (*)