JAKARTA— Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan industri otomotif Indonesia harus lebih kreatif dibandingkan dengan negara tetangga untuk bisa bersaing secara global. “Konsumen di pasar global cenderung mencari produk yang inovatif dan canggih sehingga industri otomotif Indonesia perlu kreatif berinovasi dan mengembangkan teknologi yang lebih canggih dan ramah lingkungan untuk menarik minat konsumen di pasar global,” kata Yannes Martinus Pasaribu saat dihubungi melalui pesan singkat, Jumat 17 Februari, seperti dikutip ANTARA.
Sebelumnya, Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo mengajak industri otomotif lebih galak untuk menekankan komposisi ekspor. Yannes menilai peluang masih terbuka lebar. Hal itu dikarenakan masih terdapat beberapa pasar yang masih kuat dan bertahan dari hantaman resesi global.
Dia melihat setidaknya ada tiga wilayah yang masih bertahan dari hantaman tsunami resesi global seperti China, Amerika Serikat dan juga dunia Arab. “Ketiganya relatif tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan ekonomi global. Kendaraan listrik juga akan semakin banyak digunakan, cenderung akan meningkat pada tahun 2023,” kata dia.
Untuk meningkatkan daya saing di pasar global, tidak hanya model dan desain yang menarik perhatian. Dia menilai, hubungan kerjasama antar bangsa juga berpengaruh besar agar industri otomotif Indonesia eksis di kancah global. “Dukungan pemerintah dalam meningkatkan daya saing dan kerjasama internasional melalui pendayagunaan seluruh jejaring kedutaan besar yang ada di berbagai penjuru dunia juga bisa menjadi kunci untuk mencapai tujuan ini,” kata dia.
Saat ini Indonesia masih harus bersaing dengan negara tetangga untuk dapat perhatian negara-negara luar. Negara itu, dikatakan oleh Yannes adalah China, India dan juga Thailand. “Ketiga negara tersebut memiliki industri otomotif yang besar dan berkembang dengan baik serta memiliki daya saing yang kuat di pasar global. Selain itu, negara-negara ini juga memiliki keunggulan dalam hal biaya produksi yang lebih rendah, infrastruktur yang lebih baik, dan dukungan pemerintah yang lebih besar,” kata dia.
Menjaga hubungan yang baik antarbangsa melalui delegasi-delegasi terbaik Indonesia melalui pemerintah luar negeri menjadi kunci sukses keberlangsungan ekspor kendaraan Indonesia. “Industri otomotif Indonesia perlu menjalin kerjasama dengan negara tujuan ekspor untuk memahami pasar, keinginan dan kebutuhan inklusif dari konsumen yang jelas berbeda dengan pasar lokal kita,” kata dia.
Menurut Yannes, industri tak akan mampu bertahan jika harus berjalan secara mandiri. Hubungan baik antar-industri dan pemerintah juga perlu dilakukan seperti yang saat ini sudah terjalin baik. “Indonesia memiliki peluang besar untuk memenuhi kebutuhan mobil di Australia, yang saat ini sepenuhnya bergantung pada impor sekitar 1,2 juta unit per tahun,” kata dia.
Menurutnya, pemerintah Indonesia juga harus lebih banyak memberikan insentif, kebijakan fiskal, perbaikan infrastruktur, dan kemudahan investasi agar biaya produksi semakin murah dan harga jual ekspor lebih kompetitif lagi. “Dengan dukungan kebijakan pemerintah yang lebih intensif, Indonesia dapat menjadi pusat produksi bagi pasar ekspor industri otomotif yang mampu bersaing dengan Thailand,” kata dia.
Untuk penjualan dalam negeri, Indonesia tercatat memiliki penjualan yang terbanyak menurut catatan yang diberikan oleh Asean Automotive Federation. Di tahun 2022, Indonesia merangkum penjualan sebanyak 30 persen atau tepatnya 1.048.040 unit dari yang sebelumnya hanya mencapai 3.424.935 unit di 2021. (*)