JAKARTA— Pemerintah menggenjot nilai ekspor produk manufaktur dalam upaya memperbaiki perekonomian nasional. Ini seiring implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, di mana salah satu targetnya adalah meningkatkan kembali ekspor netto sebesar 10 persen dari produk domestik bruto (PDB).
“Di roadmap tersebut, salah satu sektor yang tengah diprioritaskan pengembangannya, yakni industri otomotif. Sasarannya, Indonesia diharapkan menjadi basis produksi kendaraan bermotor baik internal combustion engine (ICE) maupun electrified vehicle (EV) untuk pasar domestik maupun ekspor,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, seperti dikutip Gatra, Rabu 5 September 2018.
Menperin mengatakan itu pada acara Realization Over 1 Million CBU ExportPT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT TMMIN). Upacara ini secara langsung diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, dihadiri pula Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Presiden Toyota Motor Asia Pasific (TMAP) Susumu Matsuda, dan jajaran Direksi PT TMMIN.
Menteri Airlangga menyampaikan, pihaknya memberikan apresiasi kepada PT TMMIN yang sejak tahun 1987 telah berhasil melakukan ekspor kendaran dalam bentuk utuh (completely built up, CBU) sebanyak 1,4 juta unit. “Keberhasilan ini juga ditandai dengan pencapaian target ekspor mobil CBU untuk pertama kalinya tahun 2018 menembus angka 200 ribu unit per tahun atau senilai sekitar 3 juta dolar AS,” katanya.
Kementerian Perindustrian mencatat, tren ekspor PT TMMIN untuk kendaraan CBU terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2016, ekspornya sebanyak 169 unit atau senilai 2,1 juta dolar AS, naik menjadi 199 unit (2,6 juta dolar AS) di 2017. “Ini menunjukkan geliat manufaktur kita sedang tumbuh dan kepercayaan diri pelaku industri kita sedang tinggi-tingginya,” kata Menperin.
Kinerja positif sektor manufaktur Indonesia itu terlihat melalui Indeks Pembelian Manajer (Purchasing Managers’ Index, PMI) dari hasil survei Nikkei, yang menunjukkan PMI Indonesia pada Agustus 2018 menyentuh level 51,9 atau melaju cepat dibanding capaian bulan Juli sebesar 50,5. PMI di atas level 50 menandakan sektor manufaktur tengah ekspansif.
Airlangga menambahkan, pihaknya terus berupaya memperluas pasar ekspor untuk industri otomotif nasional. Oleh karena itu, diperlukan fasilitas insentif fiskal guna memacu produksi kendaran yang sesuai selera konsumen global. “Misalnya, kami sedang mendorong peningkatan ekspor sedan dan mengambil peluang ke Australia,” katanya.
Sementara itu, untuk kendaraan CBU merek Toyota yang diproduksi PT TMMIN telah dieskpor ke lebih dari 80 negara di Asia, Eropa, Australia, Afrika, Amerika Latin, Karibia, Timur Tengah, dan Pasifik. “Saat ini, sebanyak 1.879 unit CBU dari Toyota akan dikirim ke Bahrain, Bangladesh, Laos, Myanmar, Peru, Qatar, Saudi Arabia, Thailand, Uni Emirat Arab dan Kosta Rika,” katanya.
Menperin memastikan kemampuan industri otomotif nasional saat ini telah kompetitif dan struktur manufaktur semakin dalam dengan didukung banyaknya industri komponen di dalam negeri. “Maka itu, hasil produksi Toyota di Indonesia, tingkat kandungan lokalnya sangat tinggi, mencapai 75 sampai 94 persen,” katanya.
Selain dalam bentuk CBU, PT TMMIN juga melakukan ekspor kendaraan bermotor dalam bentuk CKD, komponen, dan bahkan ekspor alat bantu produksi berupa die dan jig. “PT TMMIN terus meningkatkan kapasitas produksinya dan sampai saat ini telah mencapai 250 ribu unit kendaraan, 411 ribu unit mesin, dan 12 ribu ton besi cor,” katanya.
Kemenperin pun mengapresiasi tehadap komitmen investasi Toyota Group selama ini di Indonesia, terutama setelah kunjungan Presiden Joko Widodo ke Toyota Motor Corporation Jepang tahun 2015. Sejak tahun 2015 hingga 2017, nilai investasi Toyota Group di dalam negeri mencapai Rp 20 triliun. Dari penanaman modal tersebut, PT TMMIN telah menyerap tenaga kerja sebanyak 8.425 orang. (*)