Berita Economy & Industry

Prediksi GIAMM: Pemulihan Industri Komponen Otomotif Tertunda

Foto: GIAMM

KONTAN.CO.ID – Industri komponen otomotif Indonesia belum menunjukkan tanda pemulihan meski sektor manufaktur nasional mulai ekspansif pada Oktober 2025. Permintaan dari pabrikan kendaraan, terutama segmen roda empat, masih rendah dan diperkirakan belum membaik pada 2025. Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM) menilai peluang pasokan komponen untuk kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) baru muncul setelah masa insentif impor berakhir.

Sekretaris Jenderal GIAMM Rachmat Basuki menyampaikan bahwa pesanan dari pabrikan otomotif belum mengalami peningkatan. Ia mengatakan, pasar roda empat domestik masih lemah, sementara roda dua dan ekspor cenderung stagnan.

Sebagian produsen saat ini masih bergantung pada penjualan replacement parts atau suku cadang pengganti untuk perawatan kendaraan. Sektor ini menjadi penopang utama selain pasar ekspor.

Segmen aftermarket atau  pasar suku cadang dan aksesori kendaraan yang dijual setelah mobil keluar dari pabrikan dinilai masih cukup stabil. Permintaan terutama datang dari komponen yang cepat habis atau sering diganti (fast moving parts) seperti kampas rem, filter, dan oli. Meski demikian, pasar kendaraan roda empat tetap mengalami tekanan akibat turunnya permintaan.

GIAMM mencatat, pasar domestik masih menyumbang sekitar 70 persen dari total penjualan komponen otomotif, sedangkan ekspor berkontribusi sekitar 30 persen. Kinerja industri tahun ini diperkirakan masih tertekan dibandingkan dengan 2024.

Rachmat memperkirakan penurunan penjualan komponen roda empat mencapai sekitar 10 persen, sementara roda dua turun sekitar  satu persen. Peluang dari tren elektrifikasi kendaraan dinilai belum signifikan pada 2025. Industri komponen lokal masih harus bersaing dengan produk impor yang mendapat insentif pemerintah.

GIAMM berharap pemerintah memperkuat rantai pasok komponen lokal setelah masa insentif impor kendaraan listrik berakhir. Peningkatan kapasitas industri dalam negeri dinilai penting agar sektor ini mampu bersaing di pasar nasional maupun global. (*)