Berita Economy & Industry

Atase Perdagangan dan ITPC Diminta Membuat Pemetaan agar Ekspor Otomotif Pulih

JAKARTA— Pelaku usaha menilai kinerja atase perdagangan dan Pusat Promosi Perdagangan Indonesia (ITPC) belum maksimal sepanjang tahun 2020 yang lalu. Itu tampak dari buruknya kinerja ekspor nonmigas RI yang terdampak pandemi Covid-19. 

Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan, hanya 11 dari 33 negara yang mencatatkan kinerja positif dari tahun 2019 ke tahun 2020, yakni China (15,59 persen), Amerika Serikat (4,58 persen), Swiss (223,76 persen), Australia (14,52 persen), dan Rusia (12,73 persen).Sedangkan Hongkong (-19,21 persen), Thailand (-16,76 persen), Uni Emirat Arab (-15,57 persen), Filipina (-13,30 persen), dan India (12,83 persen) menjadi negara-negara dengan kinerja atase perdagangan dan ITPC terburuk tahun lalu.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menjelaskan atase perdagangan Indonesia perlu memetakan potensi di negara-negara tujuan ekspor agar kinerja tahun ini lebih baik. “Ini kan harus ada pemetaan dan perkiraan mengenai peningkatan ekspor serta produk yang paling menjanjikan untuk dijual ke negara tersebut. Diperlukan peran dari atase perdagangan untuk membaca tren pasar di negara yang bersangkutan pada 2021,” kata Faisal seperti dikutip Bisnis.com, pada hari Kamis, 4 Februari 2021.

Ia menilai kinerja ekspor tahun 2021 ini bisa lebih baik dari tahun 2020. Ini karena ekonomi global diprediksi akan tumbuh, dan makin banyak negara yang diperkirakan ekonominya akan pulih. Peluang ini juga disertai dengan tatanan pasar yang mungkin akan bergeser akibat pandemi. Ia berharap atase perdagangan pemerintah segera mengidentifikasi negara-negara yang akan diincar sembari menghitung peluang ekspor produk yang akan digenjot penjualannya.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan efektivitas vaksin Covid-19 di negara tujuan ekspor menjadi harapan untuk industri otomotif yang menyasar negara-negara berkembang. Menurutnya, negara-negara berkembang diperkirakan membutuhkan waktu cukup lama untuk pulih dari pandemi menjadi tantangan untuk industri kendaraan bermotor dan suku cadang Tanah Air.

Ekspor mobil

Pemerintah telah mengincar sejumlah negara-negara Afrika yang dinilai potensial menjadi tujuan ekspor mobil. Negara-negara Afrika berbahasa Prancis masih mengenakan pajak rendah untuk produk mobil. Pemerintah berencana membuka perjanjian dagang dengan negara-negara di kawasan tersebut untuk memaksimalkan ekspor mobil. Selain negara-negara di kawasan Afrika berbahasa Prancis, negara-negara Arab berbahasa Inggris juga berpeluang menjadi tujuan ekspor mobil dalam negeri untuk memenuhi permintaan yang cukup tinggi dari masyarakat kelas menengah di wilayah tersebut.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ekspor produk kendaraan bermotor dan suku cadangnya tahun lalu turun 19,36 persen dari tahun sebelumnya. Ekspor kendaraan dan suku cadang ke negara-negara yang memiliki atase perdagangan seperti Thailand, Filipina, dan Uni Emirat Arab juga turun. 

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), ekspor mobil utuh (completely built up, CBU) mencapai 232.175 unit. Angka itu turun 30,1 persen dibanding tahun 2019 sebanyak 332.004 unit. Total ekspor mobil dalam bentuk terurai (completely knocked down, CKD) sebanyak 53.032 set. Ekspor CKD turun  60,1 persen dari tahun sebelumnya sebanyak 133.078 set. Ekspor komponen hanya mencapai 61.177.323 pieces (pcs). Ekspor komponen itu juga turun 22,9 persen dari 79.300.676 pcs tahun 2019. (*)