KOMPAS— Produsen mobil listrik asal China BYD sanggup menjual mobil listrik (electric vehicle, EV) sebanyak 3,02 juta unit sepanjang 2023. Jumlah ini meningkat 61,9 persen dibanding tahun 2022 sebelumnya. Dilansir dari Reuters, Selasa 2 Januari 2024, jumlah ini mencakup 1,4 mobil listrik berjenis plug-in hybrid (PHEV) dan sisanya merupakan battery electric vehicle (BEV) alias mobil listrik murni.
Dengan capaian tersebut, BYD diprediksi akan melampaui Tesla sebagai pemimpin kendaraan listrik dunia. Hal ini juga sekaligus memperkuat pengaruh China dalam industri otomotif global di tengah pemain lama seperti Toyota (Jepang), Volkswagen (Jerman), dan General Motors (Amerika Serikat, AS).
“Lanskap kompetitif industri otomotif telah berubah,” kata Bridget McCarthy, kepala operasi China untuk hedge fund Snow Bull Capital. “Ini bukan lagi soal ukuran dan warisan perusahaan otomotif tetapi tentang kecepatan mereka berinovasi dan melakukan iterasi. BYD telah melakukan persiapan sejak lama agar dapat melakukan hal ini lebih cepat dari perkiraan siapa pun,” lanjut dia.
Para produsen mobil China termask BYD dan SAIC Motor Corp sedang membuat terobosan serius. Dalam beberapa tahun terakhir, China berhasil melampaui AS, Korea Selatan, dan Jerman dalam ekspor mobil. Bahkan kini sudah mampu menyaingi Jepang dalam memimpin ekspor mobil penumpang secara global. Sekitar 1,3 juta dari 3,6 juta kendaraan yang dikirim dari China daratan pada Oktober 2023 adalah mobil listrik.
Kondisi tersebut juga mencerminkan pergeseran dinamika persaingan antara Tesla dan BYD. Mengingat sebelumnya Elon Musk, CEO Tesla Inc menyebut bahwa tak banyak konsumen yang mampu membeli EV karena suku bunga tinggi. Di sisi lain, BYD menawarkan banyak model bervolume lebih tinggi dengan harga jauh lebih murah daripada harga Tesla Model 3 di China.
Para analis memperkirakan Tesla akan mengakhiri 2023 dengan mengirimkan 1,82 juta unit mobil. Jumlah itu lebih rendah dari target perusahaan sebesar dua juta unit mobil. (*)