Berita Economy & Industry

DPR: Pasar Bekas Kendaraan Listrik belum Terbentuk

INEWS— Pasar mobil bekas penting dalam sebuah perkembangan industri otomotif. Ini akan memberikan kenyamanan kepada konsumen. Hal ini juga perlu agar mobil listrik berkembang di Indonesia. Masyarakat Tanah Air memikirkan harga jual kembali sebelum memboyong sebuah kendaraan. 

Wakil Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Eddy Soeparno mengakui bahwa belum terbentuknya pasar mobil listrik bekas menjadi salah satu penghambat. Untuk itu, dia ingin seluruh pihak dapat membantu mematangkan ekosistem tersebut. “Pasar mobil listrik bekas, hari ini saya kira masih belum ada. Jadi kita nggak tahu. EV ini bagus menurut saya dan juga penting, tapi ekosistemnya itu betul-betul harus kita matangkan,” kata Eddy di acara Electric Vehicle (EV) & Battery Conference di Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu. 

Eddy mengungkapkan hal terpenting untuk mobil listrik (electric vehicle, EV) adalah ketersediaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU), layanan perbaikan, dan aftersales mobil listrik. Menurutnya, SPKLU dengan fitur pengisian cepat (fast charging) akan mendorong masyarakat untuk mulai beralih ke kendaraan listrik. “Jangan sampai kita misalnya melakukan perjalanan dari Jakarta ke Surabaya, terus isi baterai di SPKLU (ternyata) nunggunya (sampai) dua jam,” ujarnya. 

Jumlah SPKLU di Indonesia saat ini sudah mencapai 854 unit, tersebar di 577 lokasi. Namun jumlah itu tak sepadan dengan jumlah mobil listrik yang beredar di Indonesia.

Eddy mengatakan soal baterai juga menjadi isu penting bagi kendaraan listrik, terutama mengenai jarak tempuh. Harga baterai mobil listrik masih sangat tinggi, sehingga perlu ditekan untuk menarik masyarakat beralih ke mobil listrik. “etahanan baterai, kita harus mengetahuinya, termasuk juga biaya penggantiannya. Baterai itu komponen terbesar di sebuah EV. Ketiga adalah service dan maintenance. Hari ini saya belum mendengar, servis dan maintenance EV itu seperti apa,” katanya. (*)