KONTAN— Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berniat memberikan insentif untuk mobil dengan mesin berteknologi hybrid. Hanya saja, belum ada penjelaskan rinci tentang skema maupun kapan insentif tersebut akan diberikan. Wacana pemberian insentif tersebut masih akan dikaji.
Menanggapi hal tersebut, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Jongkie Sugiarto mengatakan sudah sewajarnya mobil hybrid menerima insentif. Ini lantaran mobil hybrid juga sudah hemat bahan bakar minyak (BBM) dan rendah polusi. “Kalau bisa diberi insentif maka penjualan akan meningkat pesat, karena harga juga lebih terjangkau dibanding mobil listrik,” kata Jongkie, Minggu 18 Februari 2024.
Apalagi, mobil bermesin hybrid tak memerlukan infrastruktur tambahan seperti pengisian baterai kendaraan listrik (charging station).
Sementara itu, Kepala Pusat Industri Perdagangan dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho sepandapat. Insentif juga perlu diberikan kepada konsumen mobil hybrid, apalagi daya beli masyarakat sedang tumbuh. Namun, perlu dilihat urgensi dari pemberian insentif tersebut. “Pemberian insentif (mobil hybrid) ini ada urgensinya sendiri, apakah ini hanya akan mendorong penjualan atau memang ada target-target lain,” kata Andry.
Pemberian insentif tersebut akan mendorong penjualan mobil hybrid seperti yang berkaca pada pemberian insentif yang sudah digelontorkan untuk mobil listrik berbasis baterai untuk battery electric vehicle (BEV). “Ini yang menurut saya juga harus diberikan insentif. Artinya kita ingin mendorong agar produksi kendaraan itu bisa dimaksimalkan untuk kegiatan ekspor. Bukan hanya di dalam negeri saja,” katanya.
Berdasarkan data GAIKINDO sepanjang 2023 penjualan domestik mobil listrik mencapai 17.147 unit dan ekspor mobil listrik sebesar 1.504 unit. Penjualan mobil hybrid sepanjang tahun 2023 mencapai sebanyak 54.656 unit dan ekspor mobil hybrid sebesar 27.710 unit.
“Ini harus didetail lagi insentif yang diberikan. Yang menurut saya perlu diberikan ya bagaimana ketika produksinya didorong untuk ekspor maka mungkin akan mendapatkan insentif, lalu yang kedua adalah masalah komponen lokal yang digunakan dalam mobil tersebut. Itu bisa diberikan insentif,” kata Andry. (*)