Berita Economy & Industry

Kaleidoskop 2019, Peristiwa Penting Industri Otomotif Selama 2019

JAKARTA— Sejumlah kejadian penting mewarnai dinamika industri otomotif nasional sepanjang 2019. Efeknya bahkan cukup terasa ke masyarakat. Berikut rangkuman beberapa hal penting di industri otomotif nasional selama 2019.

  1. Pameran Otomotif GIIAS 

Sepanjang 2019, seperti biasa ada pameran otomotif besar GAIKINDO Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) pada Juli lalu. Pameran otomotif tersebut menyajikan banyak inovasi teknologi, terobosan baru, dan tentunya beragam produk anyar, sepeda motor, mobil, hingga kendaraan niaga serta ekosistem pendukung otomotif lainnya.

Melalui pergelaran akbar tersebut, Indonesia juga siap menyambut era elektrifikasi. Sejumlah produk sepeda motor dan mobil listrik dipamerkan pada gelaran tersebut. Tujuannya jelas, agar masyarakat Indonesia lebih mengenal lagi kendaraan listrik dan beragam keunggulannya.

2. Angan-angan Mobil Listrik

Hal penting di industri otomotif nasional pada 2019 adalah keinginan pemerintah soal kendaraan bertenaga listrik, meninggalkan mesin bakar bertenaag bahan bakar minyak (BBM). Itu ditandai dengan ditandatanganinya Peraturan Presiden (Perpres) terkait mobil listrik yang kemudian mendorong sejumlah kementerian untuk membuat aturan turunan terkait kendaraan listrik.

Aturan kendaraan listrik itu tertuang dalam Perpres No. 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. Perpres yang ditandatangani Presiden Joko Widodo dan ditetapkan 8 Agustus 2019 itu memiliki 37 pasal.

Secara umum, Perpres ini dibuka dengan Ketentuan Umum seputar kendaraan listrik, yaitu pengertian motor listrik, baterai, kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, stasiun pengisian kendaraan listrik umum, dan lainnya.

Perpres tersebut membahas soal percepatan pengembangan industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai dalam negeri. Di antaranya dibahas soal penelitian, pengembangan, dan inovasi industri untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai.

Selain itu, dibahas juga soal tingkat komponen dalam negeri untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai. Kendaraan bermotor listrik dan industri komponen kendaraan listrik wajib mengutamakan penggunaan komponen dalam negeri.

Selanjutnya, peraturan ini membahas soal pengendalian penggunaan kendaraan bermotor berbahan bakar minyak fosil. Pemerintah Pusat dapat melakukan pengendalian penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak fosil secara bertahap.

3. Chevrolet dan Datsun Stop Produksi di Indonesia

Pada akhir Maret 2020, General Motors (GM) memastikan bahwa Chevrolet yang merupakan salah satu produknya meninggalkan pasar mobil Indonesia. Itu artinya, setelah tanggal tersebut, Chevrolet berhentikan penjualan produknya di Tanah Air. Alasan hengkangnya GM dari pasar otomotif Indonesia lantaran persaingan ketat yang membuatnya sulit mencapai target untuk mendapatkan keuntungan. Meski demikian, GM mengaku akan tetap memberikan pelayanan kepada pelanggan Chevrolet dalam bentuk layanan garansi dan purna jual.

Presiden GM Asia Tenggara Hector Villarreal mengatakan bahwa keputusan ini diambil setelah melalui serangkaian pertimbangan yang menyeluruh dari berbagai rencana bisnis yang memungkinkan bagi GM Indonesia pada masa yang akan datang. 

Selain GM dengan Chevrolet-nya yang bakal pergi dari Indonesia, ada juga merek lainnya yang tak mampu bersaing dan memutuskan berhenti. Dia adalah Datsun, saudara tua Nissan yang memutuskan berhenti memproduksi mobil Datsun Go di Indonesia. Tak seperti Chevrolet, Datsun yang juga terdampak lesunya pasar otomotif nasional tetap berjualan mobil, tidak benar-benar pergi seperti Chevrolet.

4. Mobil China

Meski tengah lesu, pasar otomotif nasional tak membuat merek China takut. Terbukti, pada 2019, merek otomotif China mulai menunjukan tajinya dengan mendominasi inovasi. Ada Wuling dan Dong Feng Sokon (DFSK) misalnya. Di tahun ini, merek tersebut menggebrak pasar otomotif Tanah Air dengan inovasi voice command pada mobil Wuling Almaz yang pada merek Jepang atau Eropa memiliki banderol harga segmen premium.

Hal itu juga dilakukan DFSK tahun ini. Melalui pameran GIIAS 2019, DFSK hadir pertama kalinya untuk merek China dengan memamerkan mobil listriknya. Hal tersebut bisa menjadi tanda bahwa DFSK serius ingin menggarap segmen mobil listrik.

Sama seperti perangkat smartphone, China dalam mobil berani memasang harga di murah, misalnya saja dengan harga Rp 100 jutaan, konsumen di Indonesia sudah bisa memiliki mobil keluarga yang pada merek Jepang dijual di angka paling murah Rp 170 jutaan.

Inovasi yang ditawarkan juga demikian. Pada Wuling Almaz misalnya, fitur canggih perintah suara bisa ditebus dengan harga mulai Rp 268 jutaan. Bayangkan pada merek Jepang atau Eropa, fitur canggih tersebut umumnya hadir di segmen harga di atas Rp 500 jutaan.

5. Kabar Investasi Hyundai

Menutup tahun 2019, Hyundai kabarnya berencana investasi di Tanah Air. Hyundai Motor Company akhirnya resmi mengumumkan telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding, MOU) dengan pemerintah Indonesia. Kesepakatan tersebut berbuah kepastian Hyundai akan membangun pusat manufaktur pertama yang berbasis di kawasan ASEAN.

Pabrik manufaktur canggih dengan luas 77,6 hektare terletak di Kota Deltamas, sebuah kawasan industri, komersial, dan perumahan terintegrasi di sebelah timur Jakarta. Acara penandatanganan MOU secara resmi diadakan Selasa 26 November di pabrik Hyundai Motor di Ulsan, Korea Selatan, pabrik kendaraan terintegrasi terbesar di dunia dan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.

Fasilitas manufaktur baru tersebut memiliki nilai investasi kurang lebih sebesar 1,55 miliar dolar Amerika Serikat (AS) hingga 2030 atau setara dengan Rp 21 triliun, termasuk biaya operasional dan pengembangan produk. Fasilitas manufaktur ini akan mulai dibangun Desember tahun 2019 ini dan diharapkan untuk memulai produksi komersial pada paro kedua 2021, dengan kapasitas tahunan sekitar 150 ribu unit. Pabrik ini nantinya pada kapasitas penuh akan dapat memproduksi sekitar 250 ribu kendaraan tiap tahun.

Selain itu, Hyundai mengaku berkomitmen untuk membantu mengembangkan ekosistem EV Indonesia, berkontribusi pada kualitas hidup masyarakat melalui kepemimpinannya dalam teknologi mobilitas bersih. Bersama dengan perusahaan afiliasinya, KIA Motors Corporation, Hyundai berambisi untuk menjadi produsen EV ketiga terbesar di dunia pada 2025 mendatang.

Di pabriknya nanti, Hyundai akan menggabungkan fasilitas untuk stamping, pengelasan, pengecatan, dan perakitan. Selain kendaraan jadi, perusahaan juga berencana untuk mengekspor 59 ribu unit mobil utuh (completely knocked down, CKD) per tahun.

Keputusan Hyundai Motor untuk melakukan investasi juga dimaksudkan untuk memastikan pertumbuhan pada masa mendatang dengan menjajaki pasar-pasar baru di kawasan ASEAN. Hal ini dilakukan di tengah perlambatan yang sedang berlangsung di pasar otomotif global. (Jawa Pos)