JAKARTA— Industri otomotif nasional diharapkan mampu meraup pangsa pasar global lebih besar dan penyumbang devisa penting bagi negara. Presiden Joko Widodo mendorong ekspor lebih besar oleh industri otomotif nasional. Beberapa tahun terakhir kinerja industri otomotif Indonesia terus membaik dan berprospek cerah pada 2023 meski ekonomi global dalam bayang-bayang resesi.
Indonesia mungkin belum menjadi pemain menonjol di dunia. Tapi perkembangan industri otomotif Indonesia beberapa tahun terakhir dinilai pengamat mulai mengusik dominasi Thailand sebagai pusat produksi otomotif yang kompetitif di Asia Tenggara.
Di Asia— setelah Jepang dan Korea Selatan— tampil China, India, serta Thailand sebagai pemain yang kian diperhitungkan, dengan industri otomotif yang besar, berkembang baik, dan berdaya saing kuat di pasar global. Keunggulan mereka ialah biaya produksi lebih rendah, infrastruktur yang baik, serta kebijakan pemerintah yang mendukung.
Persaingan negara-negara Asia Tenggara untuk menjadi pemain penting di industri ini—mengikuti jejak Jepang dan Korsel dalam produksi massal dan ekspor kendaraan untuk menjadi pemain global—sudah berlangsung puluhan tahun. Thailand contoh negara yang sukses membangun industri otomotif yang kompetitif di kawasan, antara lain karena menawarkan insentif investasi menarik bagi investor di awal. Kebijakan spesialisasi dan liberalisasi di industri otomotifnya membuatnya bisa merebut pangsa signifikan pasar global.
Baik Indonesia maupun Malaysia pernah mencoba proyek mobil nasional di masa lalu, tetapi gagal atau kurang berhasil karena berbagai faktor, terutama kebijakan yang dinilai proteksionis. Malaysia memang berhasil membuat mobil nasional Proton, tetapi tak mampu bersaing di pasar global. Adapun Indonesia gagal dengan eksperimen mobil Timor-nya.
Industri otomotif kita mulai unjuk gigi pada 2014, terutama karena didukung daya serap di pasar domestik. Dengan meningkatnya produksi, skala ekonomi bisa dicapai sehingga cukup kompetitif saat memasuki pasar ekspor. Status Indonesia berubah menjadi eksportir neto kendaraan pada 2013, dengan ekspor terus meningkat, mencapai 600 ribu unit saat ini, dan volume produksi kian mengejar Thailand.
Ekspor otomotif Indonesia juga merambah puluhan negara. Untuk lebih merebut pangsa pasar ekspor, diperlukan dukungan insentif, kebijakan fiskal, perbaikan infrastruktur, dan kemudahan investasi agar biaya produksi kian bisa ditekan dan harga jual ekspor lebih kompetitif lagi.
Selain menjadi pemain yang kian diperhitungkan dalam manufaktur dan ekspor mobil konvensional, perhatian lebih besar perlu diberikan pada percepatan penyiapan ekosistem industri kendaraan listrik, dari hulu hingga hilir. Banyak pekerjaan rumah menunggu untuk mewujudkan Indonesia menjadi kekuatan besar masa depan industri kendaraan listrik dunia. (Sumber: KOMPAS, Tajuk Rencana)