JAKARTA— Penjualan mobil di seluruh dunia turun drastis selama kegiatan ekonomi banyak yang vakum akibat dari masyarakat fokus menghadapi wabah virus. Di Malaysia, penjualan mobil turun hampir 100 persen. Itu tampak pada data April 2020 oleh Asosiasi Otomotif Malaysia (MAA). Pemberlakukan pembatasan sosial atau di sana disebut movement control order (MCO) mengakibatkan aktivitas industri otomotif berhenti total.
Penjualan mobil pada April 2020 di Malaysia hanya 141 unit. Sebanyak 131 unit di antaranya adalah mobil penumpang, dan 10 unit lainnya adalah kendaraan komersial. Angka itu turun hampir 100 persen atau tepatnya 99,3 persen dari Maret 2020. Penjualan mobil pada Maret 2020 di sana mencapai 22.478 unit. Itu pun penjualan pada Maret 2020 turun 44 persen.
Selama periode Januari-April, penjualan di Malaysia hanya 106.601 unit, turun signifikan dari 192.971 unit pada periode yang sama tahun lalu. Asosiasi Otomotif Malaysia memperkirakan volume penjualan di bulan Mei 2020 akan lebih tinggi daripada bulan April, tetapi masih lebih rendah daripada jumlah penjualan pada hari normal. Dikatakan bahwa traffic showroom otomotif diperkirakan akan tetap melambat, seperti dikutip Detik.
Penjualan Mobil di Eropa April 2020 Turun 67 Persen
Di Eropa, penjualan mobil tipe komersial pada April 2020 anjlok 67 persen. Pemicunya sama, yakni penguncian kegiatan sosial dan ekonomi di hampir seluruh negara di kawasan untuk mencegah penyebaran wabah. Berdasar data European Automobile Manufacture Association (ACEA), tekanan pandemic telah menginfeksi 27 dari anggota Uni Eropa (UE) yang menyebabkan permintaan pasarnya lunglai.
Sejumlah negara yang menerapkan upaya-upaya mencegahan pandemi secara ketat menderita penurunan penjualan mobil yang parah, seperti Spanyol (-87,8 persen), Italia (-85,5 persen), dan Prancis (-82,4 persen). Seluruh segmen kendaraan komersial menderita penurunan penjualan pada April 2020, seperti dilaporkan Bisnis dan Tempo.
Sepanjang empat bulan pertama tahun 2020, permintaan UE terhadap kendaraan komersial berkontraksi 34,5 persen, terutama akibat dampak wabah pada Maret dan April 2020. Empat negara tercatat menderita pelemahan permintaan hingga 2 digit, yakni Spanyol (-46,6 persen), Prancis (-41,6 persen), Italia (-41,4 persen), dan Jerman (-22,5 persen). Keempatnya merupakan negara pabrikan kendaraan bermotor yang selama ini memimpin penjualan mobil di Eropa.
Pabrik Mobil China Berharap Penjualan Membaik di Semester II
Great Wall Motor mengharapkan penjualan mobil di China kembali normal pada semester kedua tahun 2020. Hal tersebut disampaikan Presiden Direktur GWM, Wang Fengying, dalam sebuah pernyataan seperti diberitakan Reuters, dan dikutip Tempo pada Senin, 25 Mei 2020. “Kami akan mengejar penjualan yang wajar dan pangsa pasar yang lebih tinggi, untuk menjamin keuntungan dan citra merek,” kata Fengsing.
Fengying juga mengungkap beberapa strategi yang akan dilakukan Great Wal. Di antaranya adalah meluncurkan model mobil listrik, bensin-listrik hybrid dan plug-in hybrid. Perusahaan yang berbasis di Baoding itu juga berencana untuk menjual mobil penumpang berbahan bakar sel hidrogen mulai tahun 2023.
Perusahaan, yang telah menginvestasikan 17,5 miliar yuan (setara Rp 36,1 triliun, kurs saat ini Rp 2.063 per yuan) pada penelitian dan pengembangan teknologi dalam lima tahun terakhir, akan menghabiskan 30 miliar yuan untuk elektrifikasi, kendaraan cerdas, teknologi mobilitas di tahun-tahun mendatang, kata Fengying.
Fengying mengatakan bahwa produksi dan penjualan mobil Cina akan memasuki tahap pertumbuhan meski sangat rendah. Ia mendesak pemerintah untuk mendukung ekspansi luar negeri produsen mobil di negara itu. Great Wall setuju untuk membeli dua pabrik General Motors di India dan Thailand awal tahun ini. Perusahaan berencana untuk menjual lebih banyak model pikap dan truk di negara-negara ASEAN, Australia, Afrika Selatan dan di Amerika Selatan.
Untuk mengelola rantai pasokan dengan lebih baik, Great Wall, yang membangun pabrik dengan BMW, akan melokalisasi produksi bagian-bagian utama mobil. (*)