Berita Economy & Industry

Sederet Tantangan Pemulihan Industri Otomotif di Indonesia

JAKARTA— Proses menuju pemulihan pasar otomotif nasional dipastikan melewati jalan yang tak mudah. Tantangan terbesar datang dari ketatnya perusahaan pembiayaan (leasing) dalam memberikan kredit kepada konsumen serta daya beli masyarakat. Amelia Tjandra, Marketing Director PT Astra Daihatsu Motor (ADM) menuturkan bahwa situasi saat ini telah mendorong perusahaan pembiayaan untuk mengetatkan kredit, terutama kepada konsumen baru. Alhasil, pembelian mobil baru juga dipastikan macet.

Funding dari bank juga melihat sektor mana yang memberikan risiko kecil. Oleh karena itu, kemungkinan pembelian mobil baru pun sulit,” katanya dalam diskusi virtual seprit dikutip Bisnis.com pada awal Juli 2020.

Selain itu, penurunan daya beli masyarakat turut berdampak pada pasar otomotif. Ia memprediksi kinerja penjualan tidak akan cepat pulih karena kemampuan masyarakat untuk membeli kendaraan baru belum maksimal. “Kami melihat gross domestic product [GDP] Indonesia diprediksi di kuartal ketiga ini minus 3,4 persen. Maka, kami memprediksi penjualan mobil bulan Juni tak akan naik banyak, karena daya beli masyarakat juga belum maksimal,” katanya

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira juga berpendapat serupa. Menurutnya, upaya pemerintah untuk memasuki fase new normal saat risiko pandemi masih tinggi secara nasional juga akan memperlambat pemulihan ekonomi. “Pembelian mobil baru membutuhkan waktu untuk pulih karena permasalahan tekanan daya beli masyarakat masih rendah. Selain itu belum semua masyarakat memutuskan untuk keluar rumah,” kata Bhima.

Turun 29 Persen

Turunnya volume pasar mobil ikut berdampak pada industry suku cadang. Produsen komponen kendaraan bermotor PT Indospring Tbk. memasang target penjualan pesimistis yakni hanya Rp1,5 triliun atau turun 29 persen dibandingkan realisasi 2019. Direktur Utama Indospring Ikawati Nurhadi mengatakan proyeksi penjualan yang turun cukup banyak itu sejalan dengan proyeksi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indoensia (GAIKINDO) terhadap penjualan kendaraan tahun ini yang hanya 600 ribu unit atau turun dibandingkan proyeksi sebelum pandemi yakni 1,1 juta unit.

“Industri otomotif memang diperkirakan mengalami kontraksi atas penurunan penjualan mobil dan sepeda motor di tahun ini karena dipengaruhi oleh dampak Covid-19, daya beli konsumen dan harga komoditas seperti batu bara, sawit, dan karet,” kata Nurhadi dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) virtual, Rabu 15 Juli 2020.

Dia menjelaskan untuk menjaga kinerja agar tidak semakin terpuruk, perseroan tahun ini melakukan pengendalian yang ketat terhadap persediaan bahan baku yang disesuaikan dengan merosotnya proyeksi penjualan, tetapi tetap mengantisipasi pemulihan bisnis mendatang. “Selain itu, kami juga melakukan pembatasan ketat terhadap pembiayaan investasi, efisiensi biaya produksi dan operasi,” katanya.

Namun begitu, perusahaan ini tetap akan berupaya untuk mencari terobosan baru di pasar ekspor, termasuk mengintensifikasikan pasar lokal serta menjajaki pengembangan bisnis baru. “Semua ini harus terus kita lakukan sebagai upaya mempertahankan kelangsungan hidup perseroan,” katanya.

Penjualan perusahaan ini pada 2019 hanya Rp2,1 triliun atau turun 12,9 persen dibanding 2018. Begitu juga kinerja laba bruto tahun lalu Rp310 miliar atau turun 14 persen dibanding 2018, dan laba bersih setelah pajak yakni Rp101 miliar atau turun 8,3 persen. Penurunan penjualan tahun lalu itu disebabkan oleh menurunnya penjualan mobil— terutama jenis niaga atau komersial— sebagai dampak dari momen Pemilihan Presiden (Pilpres) di semester pertama 2019.

“Kondisi dalam momen tersebut ternyata membuat para pelaku bisnis dalam negeri mengurangi aktivitas ekonomi maupun konsumsi masyarakat umum,” katanya.

Pada kuartal pertama 2010 penjualan perusahaan ini mencapai Rp 528 miliar. Itu turun 7,8 persen dibanding kuartal pertama 2019. Hingga akhir tahun 2020 laba bersihnya ditargetkan bisa mencapai Rp 42 miliar, turun 58 persen dibanding 2019. (*)