JAKARTA— Penjualan mobil di pasar domestik masih lamban pada Januari 2020. Tapi PT Astra International Tbk menghadapinya dengan optimistis bahwa kondisi tersebut dapat membaik. Berdasar data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKNDO) yang diolah Astra, total penjualan mobil pada Januari mencapai 79.983 unit. Dibanding penjualan pada Januari 2019, angka tersebut turun 2,45 persen.
Sejumlah merek di bawah naungan Astra, seperti Toyota, Daihatsu, dan Isuzu juga turun. Total, penjualan mobil Astra mencapai 40.289 unit, turun 4,53 persen secara tahunan. Isuzu mengalami penurunan paling tajam, yakni 18,86 persen.
Penurunan penjualan Astra juga tercatat lebih dalam dibandingkan penjualan merek non-Astra pada Januari. Kumulasi penjualan non-Astra seperti Mitsubishi, Suzuki, dan Honda, mencapai 39.694 unit, turun hanya 0,23 persen. Hal ini membuat pangsa pasar Astra menurun dari 51 persen pada Januari 2019 menjadi 50 persen.
Head of Investor Relations Astra International Tira Ardianti mengatakan bahwa penurunan tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor negatif pada awal tahun. Salah satu yang paling berdampak adalah adanya bencana banjir di sejumlah wilayah. “Angka penjualan Januari 2020 jadi terpengaruh. Lainnya karena memang permintaan masih lemah. Belum ada katalis makro dan industri otomotif sendiri,” katanya seperti dikutip Bisnis, Senin 17 Februari 2020.
Meski begitu, dia menilai penurunan ini belum dapat menjadi indikasi bahwa pasar akan kembali tertekan pada tahun ini. Dia tetap optimistis pasar otomotif nasional akan tumbuh sesuai dengan proyeksi Gaikindo di kisaran lima persen. “Kan baru sebulan, belum ada revisi target. Mungkin kalau sudah empat bulan akan di-reviewtargetnya sesuai dengan perkembangan di pasar otomotif sendiri,” katanya.
Dia menjelaskan penurunan penjualan juga akan berkorelasi terhadap pendapatan perseroan dari lini bisnis otomotif. Namun ia mengatakan bahwa hal ini juga akan dipengaruhi oleh kombinasi produk seperti apa yang lebih banyak terjual. Mbil di segmen medium dan high, lanjutnya, tentu akan memberikan pendapatan yang lebih tinggi. Sebaliknya, model di segmen yang lebih rendah akan menghasilkan pendapatan lebih kecil. “Selain itu, tingkat kompetisi juga akan mempengaruhi pendapatan jika kompetisi di pasar tinggi dan menyebabkan diskon sehingga dapat mengurangi pendapatan,” katanya.
Berdasarkan data penjualan Januari, mobil hemat energi dan harga terjangkau (KBH2) naik 4,73 persen secara tahunan menjadi 12.083 unit. Kinerja ini menjadi penopang pertumbuhan penjualan KBH2 nasional yang naik 0,55 persen menjadi 17.056 unit. Hal ini juga terlihat dari pangsa pasar KBH2 Astra yang meningkat dari 68 persen menjadi 71 persen.
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama menilai meski kinerja otomotif menurun, saham Astra masih direkomendasikan beli. Menurutnya harga saham Astra dapat mencapai Rp 6.550 per saham. Nafan menuturkan meski belum membaik, pasar otomotif Indonesia berpotensi tumbuh tinggi dalam jangka panjang. Salah satu pendorongnya adalah pemberian insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) yang akan berlaku mulai 2021.
Di luar bisnis otomotif, ASII juga berpotensi meraup laba dari lini bisnis lain seperti jalan tol. Perseroan menarget dapat memiliki portofolio ruas tol sepanjang 500 kilometer hingga tahun depan. Adapun, sejumlah ruas yang sudah dimiliki saat ini, di antaranya ruas Tangerang-Merak sepanjang 72,5 kilometer, Cikopo-Palimanan sepanjang 116,8 kilometer, dan Semarang-Solo sepanjang 72,6 kilometer.
Selain itu, kinerja Astra Internasional secara konsolidasi juga dapat terdorong oleh lini bisnis alat berat dan agribisnis. Peningkatan mandatori solar dengan kandungan biodiesel lebih tinggi akan menjadi salah satu katalis positif. Berdasarkan konsensus Bloomberg, lanjutnya, pendapatan ASII pada 2019 dan 2020 diperkirakan mencapai Rp 241,3 triliun dan Rp 252,78 triliun. Adapun, laba bersih diperkirakan mencapai Rp 21,48 triliun dan Rp 23,07 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan per akhir September 2019, Astra membukukan laba bersih sebesar Rp 15,86 triliun, turun sekitar 7 persen secara tahunan. Adapun, laba bersih dari bisnis otomotif pada periode yang sama mencapai Rp 6,06 triliun, turun 14 persen.
Pada perdagangan Senin 17 Februari 2020), harga saman emiten dengan ticker ASII ini ditutup pada level Rp 6.100 per saham. Harga ini tak berubah dari penutupan pada hari sebelumnya. Adapun, level tertinggi ASII pada perdagangan hari ini adalah Rp 6.175 per saham. (*)