Berita Economy & Industry

Dihadang Kondisi sangat Berat, Peluang Industri Otomotif tetap Ada

JAKARTA— Pengamat otomotif Bebin Djuana mengatakan, di tengah keadaan serba sulit seperti sekarang pelaku industri otomotif harus tetap optimistis. Sejumlah strategi bisa dilakukan untuk membangkitkan ekonomi nasional. Ia mempertegas pernyatan Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita agar pelaku industri tetap selalu optimistis. Menperin berharap penjualan otomotif nasional tahun ini bisa tumbuh enam persen dari tahun 2019 yang lalu. “Mudah-mudahan tercapai,” kata Menteri.

“Optimisme harus dijaga, spirit itu jangan dilepaskan. Jangan pasrah dengan situasi seperti ini. Apalagi ini baru kuartal pertama, mudah-mudahan kuartal kedua membaik, lalu kuartal ketiga dan keempat bisa mengejar ketertinggalan. Kalau sekarang sudah patah semangat, nanti mau mengejarnya bagaimana?” kata Bebin di Jakarta seperti dikutip Suara Pembaruan, Ahad 22 Maret 2020.

Karena itulah, ia mengapresiasi adanya peluncuran produk baru LCGC kembar Astra Daihatsu Ayla dan Toyota Agya di tengah kelesuan publik. “Ini salah satu usaha pabrikan untuk mengingatkan kepada masyarakat,” katanya.

Menurutnya, memperkenalkan produk tak harus melalui pertemuan langsung antara konsumen dan penjual di showroom. Begitu juga saat peluncuran produk baru, tentu tak perlu harus ada kerumunan orang banyak. Saat ini banyak cara dan terobosan bisa dilakukan salah satunya lewat media sosial.

“Pesan itu yang penting sampai ke masyarakat. Saya saja tak tahu di mana peluncuran Ayla dan Agya, tetapi setidaknya informasi tentang wajah barunya tetap saya bisa peroleh,” katanya.

Menurut dia, kebutuhan alat transportasi masih sangat besar. Maka dari itu, kata dia, peluang industri otomotif masih besar. Ada kelompok konsumen yang memang sudah memiliki rencana matang untuk membeli mobil. Mereka sudah menyiapkan anggaran, tinggal datang ke showroom, pameran mobil, ata pasar mobil bekas sekalipun. Tinggal menunggu momentum yang paling pas menurut mereka. 

Ada juga sebagian konsumen yang mempertimbangkan membeli mobil jenis lain karena melihat dari sisi daya beli. Mereka mempertimbangkan akan adanya kenaikan harga mobil karena terhempasnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Padahal, kata Bebin, kenaikan harga mobil tak serta-merta dipengaruhi nilai kurs.

Ia menambahkan, hal lain yang mempengaruhi penjualan otomotif saat ini juga karena adanya kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih mendesak menjelang hari raya, termasuk kebutuhan menjelang tahun ajaran baru sekolah. Menurutnya, surutnya penjualan mobil masih akan terasa dalam satu setengah bulan ke depan. Namun, hal itu bisa disikapi dengan strategi-strategi jitu pabrikan agar bisa mempertahankan pasar.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), sepanjang Januari hingga Desember 2019, total penjualan ritel otomotif nasional sebanyak 1,04 juta unit. Jumlah itu turun dari tahun 2018 yang sebanyak 1,15 juta unit.