Berita Economy & Industry

GAIKINDO: Harga dan Infrastruktur Jadi Tantangan Mobil Listrik Indonesia

JAKARTA— Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menyatakan harga mobil listrik menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan kendaraan ramah lingkungan di Tanah Air. Ketua Umum GAIKINDO Yohannes Nangoi menuturkan mobil yang paling laku di Tanah Air berada di rentang harga Rp 250 juta sampai dengan Rp 300 juta. Oleh sebab itu, mobil seperti Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, dan Daihatsu Ayla memiliki porsi terbesar di Indonesia.

“Kalau (mobil listrik) ingin berkembang di Indonesia, kita harus menekan harga mobil listrik di bawah Rp 300 juta agar daya beli masyarakat dapat menjangkau,” ujarnya dalam webinar Investor Daily Summit pada Rabu, 14 Juli 2021, eperti dikutup Tempo.

Mobil listrik memiliki harga jual lebih mahal daripada mobil konvensional lantaran komponen utamanya, yaitu baterai, belum diproduksi secara massal. Sedangkan harga baterai mobil listrik sendiri sekitar 40 persen dari harga mobil listrik. Persoalan lain adalah jarak tempuh mobil listrik masih terbatas karena kapasitas baterai mobil listrik terbatas. Ini berbeda jika dibandingkan dengan mobil berbahan bakar minyak yang memiliki jarak tempuh panjang karena dukungan ketersediaan stasiun pengisian bahan bakar.

Gaikindo mencatat realisasi total penjualan mobil listrik di Indonesia sepanjang semester pertama 2021 mencapai 1.900 unit. Jumlah ini terdiri atas model hybrid, plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), dan mobil listrik baterai (BEV). Rinciannya, mobil hybrid terjual 1.378 unit, PHEV 34 unit, dan BEV menyumbang 488 unit. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan realisasi tahun lalu, ketika mobil hybrid membukukan 1.108 unit penjualan, PHEV 6 unit, dan BEV  120 unit.

Penjualan mobil listrik di Indonesia pada semester pertama 2021 juga meningkat jauh dibandingkan 2019. GAIKINDO mencatat bahwapada periode tersebut mobil hybrid terjual 685 unit, PHEV 20 unit, dan BEV nol penjualan. Meski mengalami pertumbuhan positif, realisasi tersebut masih terpaut jauh dari potensi pasar yang dimiliki oleh Indonesia. Sebab, rasio kepemilikan mobil di Indonesia baru menyentuh 99 per 1.000 penduduk. (*)