JAKARTA— Penjualan mobil pada Juni 2018 turun tajam mencapai 41 persen menjadi 58.837 unit dari Mei 2018 sebanyak 100.498 unit. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menyatakan penurunan penjualan akibat libur dan cuti lebaran, akan kembali normal pada bulan-bulan selajutnya.
Ketua Umum GAIKINDO Yohanes Nangoi menyatakan target penjualan sepanjang 2018 sebanyak 1,11 juta unit masih optimistis dapat tercapai. “Itu karena libur Lebaran yang panjang, tapi industri masih optimis,” kata Yohanes, seperti dikutip Katadata.
Penjualan Juni 2018 menunjukkan penurunan 11,4 persen dibanding Juni 2017. Angka penjualan tersebut merupakan yang terendah dalam 35 bulan terakhir. Harapan tetap tumbuh karena secara akumulasi penjualan mobil domestik sepanjang semester pertama 2018 masih mencatatkan pertumbuhan 3,7 persen menjadi 553.779 unit.
Yohannes juga menjelaskan penjualan pada semester kedua bakal lebih baik karena penyelenggaraan GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018 pada 2 sampai 12 Agustus mendatang. “GIIAS sudah masuk kalender pameran otomotif internasional,” kata Yohanes.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Danang Girindrawardana menilai anjloknya penjualan mobil pada Juni 2018 lantaran berkurangnya kapasitas produksi industri otomotif. Sebab, bulan lalu tercatat cukup banyak hari libur. Pada Juni 2018, setidaknya ada empat hari libur nasional. Ini ditambah cuti bersama untuk libur lebaran yang ditetapkan pemerintah menjadi tujuh hari.
Dengan banyaknya hari libur, Danang menilai kinerja industri otomotif menjadi tidak optimal. Hal ini yang kemudian menjadikan turunnya nilai penjualan mobil bulan lalu. “Karena Juni itu hari libur kebanyakan. Itu siapa yang buat libur? itu pemerintah,” kata Danang.
Ia mengatakan, penurunan kapasitas tak hanya dialami oleh industri otomotif. Hampir seluruh sektor manufaktur juga mengalami hal serupa. Selain faktor banyaknya liburan, Danang juga menilai menurunnya penjualan mobil pada Juni 2018 karena melemahnya rupiah dan turunnya permintaan pasar ekspor juga mempengaruhi masalah penjualan mobil.
“Pasar-pasar tradisional ekspor juga tidak banyak menyerap, contohnya Pakistan. Pasar tradisional otomotif kita kan diekspornya ke negara Asia juga. Itu tidak membeli cukup banyak,” kata Danang. (*)