Berita Economy & Industry

GAIKINDO: Target Ekspor Mobil dari Indonesia Tergantung Prinsipalnya di Jepang

JAKARTA— Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menyatakan berharap target ekspor mobil yang dicanangkan pemerintah sekitar 400 ribu unit pada 2019 ini dapat tercapai. Bagaimanapun harapan tersebut masih tergantung beberapa variable penentu, salah satunya kebijakan principal manufaktur mobil. Kebijakan ekspor dari setiap agen pemegang merek bergantung pada keputusan prinsipal di negara asalnya atau Jepang.

Ketua I GAIIDNO Jongkie D Sugiarto mengatakan pihaknya tak bisa menuntut jumlah ekspor tertentu pada agen pemegang merek (APM). “Kami yang di sini hanya bisa berharap yang terbaik,” ujarnya seperti dikutip Bisnis, Jumat 10 Mei 2019.

Terkait dengan target ekspor dari pemerintah, GAIKINDO berharap pemerintah terus mengembangkan infrastruktur penunjang seperti pelabuhan dan lahan parkir untuk menampung lebih banyak mobil yang siap dikirim. “Intinya, perlu sinergi dari para pemangku kepentingan guna meyakinkan para prinsipal merek mobil bahwa Indonesia bisa diandalkan sebagai produsen,” katanya.

Lalu, kebijakan fokus pengembangan segmen mobil yang akan diekspor yakni sedan dan sport utility vehicle (SUV) juga diapresiasi GAIKINDO. “Memang seharusnya begitu. Kebutuhan atau tren pasar global saat ini adalah SUV. Masa kita sediakan barang yang tak mereka butuhkan,” katanya.

Jongkie mengapresiasi Mitsubishi yang mulai mengekspor utuh kendaraan mereka dan berkontribusi pada pertumbuhan ekspor.

 

Pasar mobil global turun

Ekspor mobil utuh (complete built-up, CBU) Toyota tumbuh tipis dua persen (46.130 unit) pada kuartal pertama tahun ini dibanding periode yang sama 2018 (45.350 unit). Capaian tersebut cukup lumayan mengingat ekonomi global tahun ini yang mandeg, akibat peningkatan ketegangan dalam perdagangan global serta kondisi pasar keuangan yang fluktuatif.

Itu pula menjadi tantangan besar bagi kinerja ekspor otomotif di Indonesia. Bob Azam, Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengatakan bahwa performa positif kuartal pertama kali ini didukung model SUV Fortuner menempati posisi sebagai kontributor terbesar.

“Sejak lima tahun terakhir, Fortuner konsisten menjadi model SUV penyumbang terbesar bagi prestasi ekspor Toyota Indonesia. Pada 2019, Toyota menargetkan pertumbuhan ekspor di atas 5 persen meski situasi makro ekonomi dunia masih tidak menentu. Saat ini kami fokus untuk mencari pasar-pasar ekspor non-tradisional baru untuk mencapai target tersebut,” katanya.

Mobil yang menjadi favorit antara lain beberapaa negara di Kawasan Teluk khususnya yenag tergabung dalam kerjasama ekonomi Gulf Cooperation Council (GCC), Amerika Selatan, dan sejumlah negara anggota ASEAN ini tercatat menyumbangkan total 11.165 unit atau 24 persen dari total ekspor CBU kendaraan Toyota. Selain itu, model SUV kecil Rush menyumbang 8.800 unit atau 19 persen dan model Agya dikirim sebanyak 8.600 unit atau menyumbang 18 persen pada pertumbuhan ekspor.

Model-model CBU bermerek Toyota lain seperti Vios tercatat berhasil diekspor sebanyak 5.500 unit, Avanza 5.780 unit, Town Ace/ Lite Ace 3.715 unit, serta Kijang Innova, Sienta, dan Yaris dengan total ekspor 2.570 unit. Angka yang ditorehkan Toyota tersebut berbeda dengan catatan GAIKINDO karena sudah digabungkan dengan ekspor Daihatsu di mana sejumlah model kendaraan Toyota seperti Avanza dan Rush tercatat diekspor olehnya.

Mengacu pada data GAIKINDO, ekspor utuh Toyota pada kuartal  pertama 2019 adalah 19.793 unit dan jumlah tersebut turun 15 persen dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 23.283 unit. Sedangkan Daihatsu berhasil memimpin pasar ekspor kendaraan utuh dengan angka 26.116 unit. Jumlah tersebut tumbuh 20,5 persen dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 21.682 unit.

Di posisi ketiga, Mitsubishi Motor mencatatkan jumlah ekspor mencapai 14.775 unit atau berkontribusi 20,9 persen. Suzuki mengekspor 8.439 unit atau berkontribusi sebesar 12 persen. (*)