Berita

Impor Naik , Ekspor Mobil dari Indonesia Kuartal Pertama 2017 Turun

ekspor-mobilJAKARTA— Sepanjang kuartal pertama 2017 ekspor mobil utuh (completely built-up, CBU) menunjukkan grafik turun. Sementara itu, grafik impor mobil naik dari Januari hingga April 2017.

Ekspor mobil CBU dari Indonesia menunjukkan angka 15.611 unit (Januari), 18.955 unit (Februari), 21.863 unit (Maret), dan 18.518 unit (April). Ekspor mobil CBU dari Indonesia berupa beberapa model dilakukan oleh sejumlah produsen yang memiliki fasilitas produksi (manufaktur) di Indonesia, terutama Daihatsu, Suzuki, dan Toyota. Beberapa negara tujuan ekspor antara lain negara-negara ASEAN, Timur Tengah, dan Jepang.

Tapi tak semua produsen mobil yang memiliki fasilitas manufaktur di Indonesia menekankan pasar ekspor. Itu misalnya Mitsubishi, Isuzu, Hino, Honda, Hyundai, dan Datsun/Nissan. Mereka masih fokus produksi untuk meningkatkan pasar domestik. Sebagian lagi melakukan ekspor tapi dalam bentuk komponen yang terurai, seperti yang dilakukan Honda, Mitsubishi, dan Isuzu.

Bahkan untuk beberapa model— terutama sedan dan sport utility vehicle (SUV)— masih mengandalkan impor dari pabrik mereka yang berbasis produksi di Thailand. Impor mobil Indonesia pada kuartal pertama 2017 menunjukkan angka 4.102 unit (Januari), 7.508 unit (Februari), 8.308 unit (Maret), 9.615 unit (April). Impor terutama dilakukan oleh produsen yang tak membangun fasilitas manufaktur di Indonesia. Mereka antara lain Audi, BMW, FAW, Ferrari, Honda, Jaguar, Kia, Lamborghini, Land Rover, Lexsus, Mazda, Mercedes-Benz, Peugeot, Porche, Renault, Scania, Tata, Volvo, UD Truck, VW.

Untuk beberapa model, BMW dan Mercedes-Benz memang telah melakukan produksi di Indoneisa. Impor tetap mereka lakukan untuk beberapa model lain, untuk memenuhi rentang selera konsumen.

Beberapa kendala ekspor mobil dari Indonesia adalah masalah perbedaan regulasi tentang ambang emisi. “Negara-negara tujuan ekspor sudah menerapkan regulasi emisi Euro 4. Sedangkan Indonesia baru akan melaksanakannya pada 2018 yang akan datang,” kata Ketua Umum Gabungan Industri Otomotif Indonesia (GAIKINDO) Yohannes Nangoi.

Kendala lain adalah perbedaan selera konsumen negara tujuan ekspor yang pada umumnya sedan. Sedangkan beberapa fasilitas manufaktur di Indonesia lebih banyak memproduksi multipurpose vehicle (MPV). Selama beberapa tahun terakhir terus berkomunikasi dengan pemerintah untuk mendapatkan keringanan pajak produksi sedan di Tanah Air. (*)