JAKARTA— Industri otomotif Jepang menyusut pada Juli 2021 karena produksi mobil tertekan akibat merebknya penularan Covid-19 di Asia. Wabah ini menimbulkan keraguan atas pemulihan sektor ekonomi terbesar ketiga di dunia tersebut. Peningkatan kasus Covid-19 disebabkan lonjakan kasus varian Delta yang sangat menular. Ini memaksa pemerintah di Asia memberlakukan penguncian dan pembatasan baru sehingga mengganggu pasokan suku cadang di seluruh wilayah, ini termasuk perkara chip semikonduktor.
“Ada risiko output akan terhenti menjelang akhir tahun. Produksi mobil kemungkinan akan menjadi penghambat pada Agustus dan September,” kata Takeshi Minami, kepala ekonom di Norinchukin Research Institute seperti dikutip Reuters via Today Online, akhir Agustus 2021.
Kegiatan pabrik turun 1,5 persen pada Juli dari bulan sebelumnya. Namun penurunan diimbangi pertumbuhan produksi barang-barang seperti yang digunakan untuk pembuatan semikonduktor, suku cadang, dan perangkat elektronik lain. Ini bisa diasumsikan bahwa output turun kembali di bawah level sebelum pandemi virus corona setelah melonjak 6,5 persen pada bulan sebelumnya. Ini lebih kuat dari perkiraan penurunan 2,5 persen dalam jajak pendapat ekonom.
Produsen yang disurvei oleh Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) memperkirakan output akan naik 3,4 persen pada Agustus dan 1 persen pada September 2021. Sementara itu seorang pejabat pemerintah menyebut perkiraan penurunan pada peralatan transportasi mungkin tak sepenuhnya karena memperhitungkan gangguan pasokan suku cadang di Asia Tenggara.
Di sisi lain, Toyota Motor sebagai produsen mobil terbesar di dunia berdasarkan volume penjualan mengatakan pada bulan ini akan memangkas produksi pada September 2021 sebesar 40 persen dari rencana sebelumnya karena krisis chip. (CNN)