JAKARTA— Wabah virus corona baru (Covid-19) membuat industri otomotif kelimpungan. Penjualan mobil lesu. Hampir seluruh produsen mobil merevisi target penjualan, dari semula memproyeksikan keuntungan menjadi kerugian.
Satu di antaranya adalah Mitsubishi Motors Corporation (MMC), yang pada tahun fiskal 2020 (berakhir pada 31 Maret 2021) memperkirakan kerugian operasi sebesar 140 miliar yen atau setara Rp 19,3 triliun (kurs saat ini 1 yen = Rp 138,23.
Mitsubishi juga mengumumkan langkah efisiensi dan menyatakan akan fokus di pasar potensial. Satu kawasan yang kini menjadi fokus strategi bisnis MMC adalah ASEAN, termasuk Indonesia. Indonesia memang menjadi negara kunci bagi MMC sejak peluncuran Mitsubishi Xpander untuk pertama kalinya di dunia (world premiere) di pameran otomotif Gaikindo Indonesia international Auto Show (GIIAS), 10 Agustus 2017. Model ini menjadi ‘darah segar’ penyelamat MMC saat penjualan mereka lesu dihantam corona.
Xpander mengisi segmen mobl serbaguna kecil (low multi-purpose vehicle, LMPV) bersama Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, Honda Mobilio, Suzuki Ertiga, Nissan Livina, dan Wuling Confero.
Produksi
Mitsubishi meresmikan pabrik baru di Cikarang, Bekasi, pada 25 April 2017 dengan nilai investasi 65 miliar yen (setara Rp 8,9 triliun, kurs saat ini 1 yen = Rp 137). Pabrik ini dilengkapi dengan fasilitas manufaktur terkini dan menyerap lebih dari 3.000 pekerja. Ketika itu pabrik baru ini memiliki kapasitas produksi 160 ribu unit per tahun pada kapasitas penuh. “Kapasitas produksi saat ini sudah ditingkatkan menjadi 220 ribu unit per tahun,” kata Prianto, HR & GA Director PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia (MMKI) sepeti dikutip Tempo beberapa waktu yang lalu.
Xpander mulai diproduksi di pabrik baru Mitsubishi di Cikarang pada September 2017. Hingga Desember 2017 total produksi mencapai 12.374 unit. Produksi ini melonjak drastis pada 2018 dengan total 107.702 unit. Pada tahun 2019, angka produksinya mencapai 145.244 unit. Dari angka itu, 17.029 unit di antaranya merupana Nissan Livina, MPV kembaran Xpander, yang mulai diproduksi pada Februari 2020 dan 5.362 unit Mitsubishi Xpander Cross (produksi mulai November 2019).
Untuk periode 2020, Januari-Juni, total produksi mencapai 36.753 unit. Dari angka itu, 28.897 unit merupakan produksi Xpander, 6.274 unit Xpander Cross, dan 1.582 unit Nissan Livina. Prianto menjelaskan bahwa aktivitas produksi di pabrik saat pandemi corona dilakukan secara terbatas. Pabrik ini bahkan sempat berhenti produksi saat pemberlakukan masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Mei lalu. Pabrik ini baru kembali beroperasi pada 23 Juni 2020, namun dengan jumlah terbatas dan memberlakukan protokol kesehatan ketat.
Penjualan domestik
Di pasar domestik, Xpander merupakan penantang terkuat market leader Avanza. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), penjualan wholesales Xpander pada tahun 2017 tercatat sebesar 11.890 unit. Angka ini melonjak 84,1 persen pada tahun 2018 menjadi 75.075 unit. Angka penjualan ini membuat Xpander menjadi model terlaris kedua setelah Toyota Avanza.
Pada tahun 2019, penjualan Xpander sedikit mengalami penurunan dengan total 62.666 unit. Namun demikian, mulai November 2018 lahir Xpander Cross yang mencatat penjualan sebanyak 4.071 unit dalam dua bulan pertama sejak diluncurkan. Memasuki tahun 2020, penjualan Xpander dari Januari hingga Juni tercatat sebesar 8.655 unit. Sedangkan Xpander Cross sebesar 5.901 unit. Total penjualan domestik Xpander, termasuk Xpander Cross, hingga Juni 2020 mencapai 159.603 unit.
Xpander juga membawa berkah bagi Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI). Untuk pertama kalinya dalam sejarah penjualan MMKSI tembus 146.805 unit pada periode Januari – Desember 2018. Angka penjualan tersebut sekaligus menjadi yang terbesar untuk model kendaraan penumpang dan niaga ringan Mitsubishi, selama 48 tahun kehadiran kendaraan Mitsubishi Motors di Indonesia.
Bukan itu saja, Indonesia tahun itu juga dinobatkan sebagai kontributor penjualan Mitsubishi terbesar di dunia, mengalahkan Cina (139.856 unit), AS (118.075 unit), Jepang (104.611 unit), Australia (84.826 unit), Thailand (84.560 unit), Filipina (65.894 unit), Jerman (52.196 unit), Rusia (45.391 unit), dan Inggris (30.952 unit).
Data penjualan (wholesales) Low MPV:
2018 2019 2020 (hingga Juni)
Toyota Avanza 82.167 86.374 21.537
Mitsubishi Xpander 75.075 62.666 8.655
Suzuki Ertiga 32.592 24.549 4.830
Daihatsu Xenia 29.521 21.674 5.938
Honda Mobilio 23.778 15.318 4.386
Wuling Confero 11.062 9.137 1.204
Nissan Livina 2.437 8.609 1.253
Pasar ekspor
Mitsubishi Xpander tak hanya dipasarkan di Indonesia. Model ini juga diekspor ke banyak negara dalam bentuk utuh atau completely built up (CBU). Prianto mengatakan bahwa Xpander buatan Cikarang saat ini diekspor ke sejumlah negara seperti di kawasan ASEAN (Filipina, Thailand, dan Vietnam). “Xpander juga diekspor ke kawasan lain meliputi negara-negara di Asia, Amerika Latin, Afrika, dan Timur Tengah,” kata dia.
Mitsubishi Motors pertama kali melakukan ekspor Xpander pada April 2018. Filipina merupakan negara tujuan ekspor perdana Xpander, dilanjutkan ke Vietnam dan sejumlah negara lain. Merujuk data Gaikindo, total ekspor Xpander pada tahun 2018 mencapai 27.342 unit dengan market share 10,3 persen.
Kinerja ekspor Xpander setahun berikutnya melonjak drastis dengan total 64.714 unit, 19,5 persen dari total ekspor nasional sebesar 332.23 unit. Untuk tahun 2020, ekspor Xpander periode Januari – Juni mencapai 20.065 unit, atau 19,2 persen dari total ekspor nasional sebesar 104.158 unit. Berdasarkan data di atas, hingga Juni 2020 total ekspor Xpander mencapai 111.749 unit.
Catatan menarik adalah ekspor Mitsubishi Motors dari Indonesia yang mengandalkan Xpander tercatat meningkat selama empat bulan pertama tahun ini, yakni sebesar 6 persen menjadi 18.661 unit. Padahal, ekspor Mitsubishi secara global mengalami penurunan signifikan 79,3 persen menjadi hanya 105.436 unit. (*)