Berita Berita APM Economy & Industry

LCGC Kuasai Pasar Mobil RI, Peugeot Stop Penjualan

CNBC— Mobil asal Prancis Peugeot, memutuskan tak lagi berjualan di Indonesia. Tanpa punya punya pabrik di Indonesia, operasional penjualan Peugeot di Indonesia sudah berlangsung selama 52 tahun.

Peugeot masuk Indonesia tahun 1972, mendahului Daihatsu, mobil asal Jepang yang kini tercatat jadi salah satu penguasa pasar mobil RI. Operasionnal penjualan Peugeot di Indonesia berada di bawah bisnis grup Astra, Astra Peugeot Sales Operation.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), hanya ada 28 unit yang terjual pada kuartal pertama tahun 2024 ini. Sedangkan di tahun 2023 hanya menjual 199 unit. Jumlah ini sangat timpang dibanding penjualan Peugeot secara global. Peugeot secara global mencapai 1,3 juta unit di tahun 2023.

Penjualan Peugeot diperkirakan akan meningkat secara keseluruhan mencapai 1,44 juta unit pada tahun 2024. Lalu apa penyebab penjualan Peugeot di Indonesia sangat rendah, bahkan terbilang tak laku? Hingga akhirnya mobil legendaris itu memutuskan berhenti berjualan di Indonesia.

Pengamat Otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, pasar mobil Indonesia didominasi segmentasi konsumen berpendapatan menengah-bawah dengan daya beli terbatas. Uniknya, konsumen menuntut utilitas fungsi yang tinggi, desain yang menarik, kaya akan fitur, juga murahnya perawatan.

Akibat tak memiliki segmentasi pasar yang jelas, bukan mobil mewah tapi juga bukan mobil murah, menyebabkan Peugeot sulit bertahan. “Itulah penyebab mobil LCGC (low cost green car) menguasai pasar Indonesia. Di sini, sejak lama, Peugeot tak masuk ke segmentasi pasar tersebut,” katanya Selasa 7 Mei 2024.

Menurutnya, dominasi oleh mobil-mobil LCGC menunjukkan bahwa daya beli konsumen terbesar di Indonesia masih lebih memilih mobil yang terjangkau dan fungsional. “Sehingga pada saat pasar kelas middle income membesar, pasar Peugeot yang umumnya ada di kelas menengah bukan mewah tersebut semakin sulit untuk berkompetisi. Akibatnya tidak lagi feasible secara ekonomi untuk terus beroperasi di Indonesia,” kata Yannes.

Apalagi, harga Peugeot terbilang mahal karena hampir tak memiliki komponen lokal. Kondisi ini jauh berbeda dengan mobil-mobil mewah Eropa yang kini menguasai pasar mobil premium di Indonesia. “Positioning pasar sangat penting untuk kondisi Indonesia yang didominasi oleh kelompok middle income ini. Mereka itu bercita rasa tinggi, namun daya belinya tanggung,” sebutnya.

“Persaingan pasar yang ketat dan penjualan yang rendah merupakan faktor utama bagi banyak merek yang hengkang. Pasar otomotif Indonesia memang sangat kompetitif. Merek yang tidak dapat bersaing akan tertinggal,” kata Yannes.

Sebelumnya, pihak Astra sendiri sebenarnya menolak faktor kinerja penjualan disebut sebagai alasan penyebab hengkangnya Peugeot dari Indonesia.

“Tak ada hubungan dengan penjualan. Ini murni bagian dari strategi pertumbuhan bisnis Stellantis (prinsipal Peugeot) untuk di kawasan ASEAN,” kata Chief Executive PT Astra International Tbk – Peugeot Sales Operation Rokky Irvayandi kepada CNBC Indonesia, Jumat 3 Mei 2024. (*)