Berita

Menperin Mendorong Ekspor Mobil Sedan dan SUV dari Indonesia

JAKARTA— Pemerintah mengandalkan industri otomotif untukmenopang pertumbuhan ekonomi nasional. Pemerintah ingin kspor menjadi lebih tinggi, terutama ekspor mobil jenis sedan dan jenis sport utility vehicle (SUV). “Pemerintah bertekad terus menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk mendorong penambahan investasi baru maupun perluasan usaha di sektor industri otomotif,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto seperti dikutip detikcom, pada awal April 2019.

Apalagi, pada saat ini industri otomotif di Indonesia berkembang menjadi basis produksi beberapa jenis mobil— serbaguna (multipurpose vehicle, MPV), truk, dan pikap— yang pengembangannya diarahkan untuk meningkatkan ekspor ke pasar global. Menperin menyebutkan, produk otomotif nasional telah diakui kompetitif di kancah internasional. Daya saing ini tak terlepas dari pengoptimalan komponen lokal yang makin meningkat.

“Tingkat komponen dalam negeri (TKDN) ini yang menjadi kunci keberhasilan dari sektor industri otomotif nasional, yang diharapkan mampu menjadi hub bagi pasar ASEAN bahkan di tingkat Asia,” katanya

Ekspor mobil yang diprodiksi di Indonesia tercatat sebesar 346 ribu unit (4,78 miliar dolar Amerika Serika) pada 2018. Pada saat itu ekspor mobil dalam keadaan utuh (completely built up, CBU) menyentuh di angka 264 ribu unit. Ekspor mobil dalam bentuk terurai (completely knocked down, CKD) sekitar 82 ribu unit. Sehingga total menembus 346 ribu unit.  “Pada 2019 ini ditargetkan bisa menembus 400-450 ribu unit,” kata Airlangga.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mencatat, volume ekspor mobil CBU Indonesia mencapai 264.553 unit pada 2018, naik 14,4 persen dibanding ekspor 2017 sebesar 231.169 unit. Ekspor komponen mobil juga naik, di angka 86,6 juta pieces (pcs) pada 2018, tumbuh 6,6 persen dibanding 2017 sebanyak 81,2 juta pcs.

Kinerja positif lainnya ditunjukkan melalui capaian produksi mobil pada tahun 2018 yang menembus hingga 1,34 juta unit (setara 13,76 miliar dolar AS). “Untuk pasar domestik, kita lebih unggul dari Thailand. Kami menargetkan, produksinya nanti bisa mencapai 1,5 juta unit pada tahun 2020,” kata Airlangga.

Sebelumnya, Pemerintah juga menyatakan komitmennya untuk membantu segala macam produk buatan Indonesia yang diekspor. Itu diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi saat turut meresmikan pelepasan ekpsor perdana bus buatan industri karoseri Laksana dari Ungaran (Jawa Tengah) ke Bangladesh.

Di sela-sela pelepasan ekspor mobil dalam acara Busworld South East Asia 2019 di JIExpo Kemayoran (Jakarta), Retno mengatakan bahwa mempermudah para perusahaan yang ingin mengirim kendaraan buatan lokal ke Indonesia merupakan komitmen dari pemerintah. Artinya, pemerintah punya kewajiban untuk membantu membuka jalan para perusahaan yang berniat melakukan ekspansi ke luar negeri.

“Kita terbuka. Tugas kita adalah membuka jalan bagi semua perusahaan-perusahaan yang mau ekspansi ke luar. Jadi tugas pemerintah membuka jalan dan kita selalu mendampingi para pengusaha indonesia untuk melakukan ekspansi,” ujarnya kepada wartawan, dan dikutip Tempo, pada Kamis 21 Maret 2019.

CV Laksana menjadi salah satu perusahaan yang sudah merasakan keterlibatan pemerintah untuk mempermudah pengiriman produk bus buatan pabriknya di Ungaran ke Bangladesh, terutama dari segi biaya. “Kerangka dan mesin menggunakan buatan Swedia (Scania) itu berarti kita harus melakukan impor. Nah di bea cukai itu kita dapat fasilitas bea masuk. Jadi sangat mudah sangat murah, kita diringankan,” ujar Technical Head Manager CV Laksana, Stefan Arman. (CNBC Indonesia)