Berita

Menperin Minta Daihatsu Jepang Tingkatkan SDM dan Litbang di Indonesia

foto : antara.comSHIGA (JEPANG)– Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto minta perusahaan otomotif asal Jepang Daihatsu Motor Co Ltd memperbanyak peserta program Intra Company Transferee (ICT) dari Indonesia. Ini untuk mempercepat proses alih teknologi ke Indonesia agar menjadi negara yang terdepan dalam pembangunan industri kendaraan terutama di ASEAN.

Menperin bertemu dengan direksi Daihatsu Motor Co Lt yang dipimpin Presiden Direktur Masanori Mitsuiketika. Mereka mengunjungi Daihatsu Technology Center di Shiga, Jepang, pertengahan Oktober 2016. Menperin didampingi Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) I Gusti Putu Suryawirawan serta Presiden Direktur Astra Daihatsu Motor Indonesia Sudirman MR.

“Kami menghargai Daihatsu Motor Co Ltd atas program pelatihan ini karena akan meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan kemampuan karyawankita yang andal di bidang teknologi otomotif terkini,” kata Menteri.

Ia berharap program ICT dapat mendorong percepatan transformasi pendidikan vokasi di Indonesia. Ia juga berharap Daihatsu terus mengembangkan fasilitas penelitian dan pengembangan (research and development/ R&D) Daihatsu di Indonesia seperti yang ada di Jepang. “Kegiatan R&D Daihatsu di Indonesia selama ini dimanfaatkan untuk kepentingan dalam negeri maupun ASEAN,” katanya.

Mitsui mengatakan peta jalan R&D Center Daihatsu adalah mendorong pengembangan upper body oleh mitra lokal di Indonesia pada 2020. “Daihatsu ingin menjadi manufaktur pertama di Indonesia yang mengembangkan model mobil hasil karya dari R&D di Indonesia,” katanya.

Untuk program ICT, kegiatan ini diikuti oleh karyawan Daihatsu Indonesia dengan tujuan memperkuat kapasitas SDM dan transfer teknologi.“Karyawan yang mengikuti program ini diberi tanggungjawab untuk melaksanakan proyek mobil baru,” kata Mitsui.

Sudirman MR mengatakan R&D Astra Daihatsu Motor (ADM) yang dibangun senilai Rp 798 juta di Kawasan Industri Suryacipta, Karawang (Jawa Barat) dengan luas lahan 25 hektare telah menyerap tenaga kerja mencapai 184 orang.

“Selama 2012-2019 kami fokus meningkatkan kemampuan R&D dan akan menjadi basis R&D untuk produk Daihatsu Group pada 2020,” katanya. Hasilnya, konsep untuk model Ayla dan Agya serta bagian desain baru untuk New great Xenia, Terios adventure, Sigra, dan Calya.

R&D ADM berhasil meraih penghargaan Apresiasi Product Development Indonesia (APDI) 2016 dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di bidang Industri Otomotif pada penyelengaraan Gaikindo International Indonesia Auto Show (GIIAS) 2016.

Menperin mendorong Daihatsu terus menciptakan model terbaru seperti mobil yang menggunakan energi efisien, mengingat Daihatsu terbukti unggul dalam penerapan teknologi tersebut. “Semoga dalam produksinya dapat lebih banyak melibatkan tenaga-tenaga engineer lokal agar produk Daihatsu terus mengakar di Indonesia,” kata Menteri.

Rencananya Toyota Motor Corp dan Daihatsu Motor Corp mendirikan perusahaan patungan baru pada awal Januari 2017 untuk mengembangkan dan memasarkan mobil kompak di Indonesia. Mobil kompak merupakan mobil berukuran kecil dengan kapasitas penumpang maksimal lima orang dan memiliki mesin berukuran 1.000-1.500 cc. Produk ini dipasarkan di negara berkembang sebagai upaya memperluas penguasaan pasar di Asia.

Proyek gabungan Toyota-Daihatsu bergulir dengan investasi Rp 2,4 triliun memproduksi Daihatsu Sigra dan Toyota Calya. Model kendaraan ini diperkenalkan pada 2 Agustus 2016 di PT Astra Daihatsu Motor Karawang Plant, Karawang (Jawa Barat).

Pabrik yang memproduksi kedua model kendaraan tersebut memiliki kapasitas 200 ribu unit per tahun. Pengembangan produknya melibatkan sekitar 178 pemasok komponen lokal pada tier-1 dan sebanyak 890 pemasok komponen lokal untuk tier-2. Nilai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) saat ini mencapai 94 persen dan menyerap tenaga kerja 600 ribu orang.

Menteri menegaskan, pemerintah Indonesia berkomitmen mengembangkan industri bahan baku otomotif khususnya di sektor baja. “Pabrik baja di Indonesia saat ini telah mampu memproduksi kebutuhan bahan baku industri otomotif,” katanya. (*)