JAKARTA— Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) siap menggencarkan kampanye untuk mengurangi jutaan kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu-lintas di jalan raya. Langkah ini dilakukan sedikitnya separo perjalanan waktu sejak mulai tahun 2021 hingga 2030. Upaya ini mengikuti pemberlakuan keputusan pada Agustus 2020 oleh Majelis Umum PBB tentang Aksi Dasawarsa untuk Keselamatan di Jalan.
WHO mencatat, lebih dari 50 juta orang meninggal akibat kecelakaan di jalan raya sejak mobil diciptakan oleh pengusaha Jerman (Karl Benz) pada tahun 1886. Kini Organisasi WHO melaporkan, kecelakaan di jalan raya mengorbankan lebih dari 3.500 nyawa setiap hari di seluruh dunia. WHO menambahkan bahwa jumlah kematian mencapai hampir 1,3 juta dan sekitar 50 juta cedera tiap tahun.
WHO mencatat cedera lalu-lintas jalan sebagai penyebab utama kematian di dunia untuk anak-anak dan remaja berusia lima hingga 29 tahun. Direktur Departemen Penentu Sosial WHO Etienne Krug, mengatakan sebagian besar kematian dan cedera dapat dicegah. Inti dari Rencana Global PBB untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas dan menyelamatkan nyawa adalah, mengalihkan orang mengendarai mobil, dan menyarankan mereka beralih ke sarana transportasi yang lebih aman dan sehat.
“Beralih dari sistem transportasi mobil dengan lebih banyak berjalan kaki, bersepeda, dan menggunakan transportasi umum. Untuk melakukannya, kita harus membuatnya aman. Rencana itu juga menganjurkan untuk melibatkan lebih banyak kawula muda. Seperti yang saya katakan, mobil adalah penyebab utama kematian bagi kaum muda. Maka sebaiknya memberi mereka peran yang lebih besar dalam membentuk gelombang baru transportasi, dan peran yang lebih besar untuk sektor swasta,” kata Krug.
Krug mengatakan, sektor swasta penting karena bertanggung jawab atas keselamatan kendaraan yang diproduksinya. Sumber bahaya yang besar adalah banyaknya mobil bekas yang dibuang oleh negara-negara kaya ke negara-negara miskin. “Mobil bekas yang tak memenuhi standar keselamatan, baik yang dijual di dalam negeri maupun yang diimpor dari negara lain yang sudah tak menginginkannya lagi. Jadi mengatur ekspor mobil bekas dan impor di sisi lain merupakan bagian sangat penting untuk meningkatkan keselamatan di jalan kita,” katanya.
Sebuah laporan tahun lalu oleh Program Lingkungan PBB mendapati diperkirakan 14 juta kendaraan tua berkualitas buruk dan sangat berpolusi diekspor dari Eropa, Jepang, dan Amerika antara 2015 sampai 2018. Empat dari lima unit mobil dijual ke negara-negara miskin, lebih dari setengahnya ke Afrika.
Jika keadaan tetap seperti itu, WHO memperingatkan sekitar 13 juta kematian, dan 500 juta cedera akan terjadi dalam 10 tahun berikutnya. Sebagian besar kematian dan cedera yang dapat dicegah ini, katanya, akan terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah ()