JAWA POS— Inggris memiliki beberapa merek mobil yang mendunia. Pemerintahnya serius mendorong merek-merek otomotif lokal untuk bisa berkembang melalui berbagai cara, termasuk pengembangan teknologinya yang massif dan sesuai dengan tuntutan zaman. Terbaru, pemerintah Inggris mengumumkan investasi signifikan sebesar Rp 39 triliun lebih pada industri otomotif nasional mereka. ITHome memberitakan, sokongan dana tersebut termasuk untuk mendukung pengembangan kendaraan listrik atau (electric vehicle, EV) yang sedang jadi tren dunia.
Mobil listrik menjadi upaya mempercepat transisi negara tersebut menuju net-zero emission. Investasi ini merupakan bagian dari program yang lebih besar senilai 4,5 miliar pundsterling untuk industri manufaktur utama, sekaligus bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih terampil dan bergaji lebih tinggi di industri-industri baru. Sektor otomotif didoring memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Inggris dan emisi nol pada 2050.
Investasi oleh pemerintah Inggris di industri otomotif akan disebarkan selama lima tahun. Namun, investasi tersebut khusus untuk industri mobil. Pendanaan ini digunakan untuk mengembangkan dan memproduksi kendaraan listrik inovatif. Di situ mencakup sel bahan bakar hidrogen untuk bus dan powertrain listrik listrik ringan untuk kendaraan barang berat. Dana tersebut juga akan menangani teknologi motorsport yang dibangun pada motor berefisiensi tinggi untuk mobil dan van. Investasi tersebut akan menyamai lebih dari 54 juta pounsterling total pendanaan pemerintah dan industri, dengan total lebih dari 59,5 juta pounsterling.
Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt membenarkan investasi tersebut. “Kami akan menggunakan 4,5 miliar poundterling untuk memanfaatkan lebih banyak modal dari sektor swasta. Hal ini pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi kita dan menciptakan lapangan kerja yang lebih terampil dan bergaji lebih baik di industri-industri baru. Industri-industri ini akan tetap ada,” kata Hunt.
Hunt juga mengatakan kepada wartawan bahwa janjinya adalah “uang baru” dan bukan realokasi belanja yang diumumkan sebelumnya, dan bahwa Inggris lebih memilih dukungan yang ditargetkan daripada subsidi menyeluruh. “Kita tak akan terjebak dalam perlombaan subsidi global,” lanjut Hunt.
Menurut analisis Reuters terhadap data OECD, investasi bisnis di Inggris berada empat persen di atas tingkat sebelum pandemi pada kuartal ketiga, kinerja yang lebih baik dibanding Jerman namun sedikit lebih buruk dibanding Prancis dan Amerika Serikat (AS). “Sekarang adalah waktunya untuk memperjelas tujuan strategis Inggris, seperti mengembangkan manufaktur ramah lingkungan dan jasa yang dibutuhkan untuk masa depan, dan kemudian menggunakan semua alat yang tersedia untuk mencapai hal ini,” ungkap George Dibb, direktur Pusat Keadilan Ekonomi IPPR.
Industri otomotif Inggris telah mengidentifikasi tiga proyek inovatif yang akan mendapatkan keuntungan dari investasi ini. Tujuannya adalah untuk mempercepat transisi menuju masa depan net-zero. Proyek-proyek ini meliputi Sel Bahan Bakar Hidrogen untuk Bus, Powertrain Kendaraan Listrik Ringan dan Teknologi Motorsport.
Sebagai dampak positif dari rencana tersebut, industri otomotif Inggris dilaporkan bakal menciptakan dan melindungi hampir 10 ribulapangan kerja melalui program transformasional ini di Inggris, Irlandia Utara, Skotlandia, dan Wales. Selain itu, investasi ini akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh Inggris dengan menciptakan lapangan kerja berketerampilan tinggi dalam perekonomian ramah lingkungan.
Komitmen Inggris untuk berinvestasi dalam teknologi mutakhir dan proyek-proyek inovatif menempatkan negara ini sebagai pemimpin global dalam pengembangan kendaraan listrik dan sistem propulsi canggih. Investasi ini tidak hanya akan membantu mempercepat penerapan teknologi ramah lingkungan pada truk dan bus, namun juga memperkuat keunggulan kompetitif Inggris di pasar global. (*)