Berita

Pemerintah Mendorong Industri Memproduksi Mobil Bi-fuel

001

JAKARTA— Kementerian Energi Sumberdaya Mineral (ESDM) mendorong industri mobil di Indonesia menggunakan bahan bakar gas untuk mobil yang diproduksi. Ini terutama mobil bi-fuel, yakni mobil dengan mesin yang dapat menggunakan bahan bakar gas dan gasoline. Langkah itu sebagai cara untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM) selama ini.

“Kebutuhan bahan bakar sebesar 72 juta kilo liter per tahun. Dari jumlah itu, 64% digunakan untuk transportasi. Betapa besar jumlah BBM yang harus disediakan oleh Pemerintah untuk menyediakan BBM. Dan untuk itu pun, Pemerintah masih mengimpor sebagian dengan harga mengikuti pasar,” kata  Wakil Menteri (Wamen) Agus Budi Wahjono dalam 10th Indonesia International Automotive Conference (IIAC) 2015, di gedung Indonesia Convention Exhibition (IEC), Bumi Serpong Damai (BSD), hari ini 25 Agustus 2015.

IIAC adalah agenda yang diselenggarakan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) bersamaan dengan penyelenggaraan pameran mobil GAIKINDO Indonesia International Auto Expo (GIIAS) 2015 di tempat yang sama dari 20 hingga 30 Agustus 2015.

Pemanfaatan gas lebih luas sebagai bahan bakar mobil sesuai dengan potensi kandungan gas alam yang berlimpah. Produksi gas Indonesia mencapai 1,2 juta barrel oil equivalent per day. Pada awal 2000-an, Pemerintah mencanangkan program penggunaan bahan bakar untuk transportasi. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak hambatan izin lokasi, alokasi gas, dan dukungan sarana converter yang kurang memadai sehingga nampak tidak berjalan dengan baik.

“Padahal jika transportasi dan industri otomotif menggunakan gas, akan lebih murah dibanding BBM,” kata Agus Budi Wahjono.

Cadangan gas di Indonesia diyakini mencapai 103 triliun standar kubik feet, dengan tingkat produksi 8.698 milyar metrics standar kubik feet per day. Keuntungan memanfaatkan gas dapat mengurangi polusi dan mesin kendaraan menjadi lebih awet.

Targetnya, pada 2015 akan dibangun 57 unit stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG). Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perhubungan mendorong pemanfaatan gas untuk transportasi. Pemerintah berharap GAIKINDO ikut berperan mendorong mobil bi-fuel. Sehingga, di jalan raya akan banyak mobil yang efisien dan ramah lingkungan.

“Oleh sebab itu perangkat regulasi telah disusun, tentunya dengan memperhatikan juga hal menarik bagi investor dalam program diversifikasi BBM. Industri Otomotif juga diharapkan dapat membuat desain kendaraan bermotor yang ramah lingkungan dengan bahan bakar gas yang aman, dan harga yang terjangkau. Dan juga pabrikan kendaraan bermotor diharapkan dapat memproduksi kendaraan bi-fuel yang bersertifikasi, nyaman dan aman,” katanya.

Ada harapan bahwa GAIKINDO dan Pemerintah dalam pemanfaatan gas untuk transportasi baik massal maupun pribadi, untuk menjawab kebutuhan ramah lingkungan dan efisiensi. Tantangan ke depan adalah ketersediaan kendaraan bi-fuel dan SPBG. “Indonesia memiliki gas yang berlimpah akan tetapi sebagian besar bahan bakar untuk transportasi menggunakan minyak yang masih kita impor,” katanya.