Berita Economy & Industry

Penjualan Mobil Listrik Dunia Lesu

DETIK— Pasar mobil listrik sedang melemah. Banyak orang lebih memilih menunggu model mobil listrik yang lebih murah. Ini membuat pasar bergerak lambat. Bukan hanya di kawasan Asisa Tenggara (ASEAN) saja, tapi di seluruh dunia.

Penjualan mobil listrik global sedang mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Pasar yang stagnan membuat produsen mobil kian khawatir dengan industri kendaraan listrik yang katanya bakal menjadi masa depan otomotif.

Mengutip Reuters, produsen mobil seperti Tesla, Volkswagen, dan Mercedes-Benz mengaku khawatir dengan tingkat suku bunga yang tinggi dan dinamika pasar yang lesu. Mereka pesimis jumlah calon pembeli akan bertambah banyak di tahun-tahun berikutnya.

“Masalah utamanya adalah ketidakpastian. Banyak yang beranggapan bahwa teknologi akan meningkat dan lebih memilih menunggu tiga tahun untuk model berikutnya daripada membeli kendaraan sekarang yang akan cepat kehilangan nilainya.” kata Thomas Niedermayer, salah seorang pemilik dealer di Jerman.

Tesla misalnya, merek mobil paling dicari di dunia ini bahkan harus mengobral harga jual mobil listriknya. Mereka mengalami penurunan penjualan secara drastis, bahkan pangsa Tesla turun di bawah 60 persen untuk pertama kalinya. Hal ini mengindikasikan kondisi pasar yang sedang loyo.

“Dalam hal penjualan kendaraan listrik, pasar kemungkinan sedang menuju ke dalam Palung Kekecewaan… di mana kolaborasi dari banyak pihak akan diperlukan untuk mendorongnya. Membangun kendaraan listrik adalah satu hal, dan banyak orang di industri ini yang telah membuktikan keahliannya dalam bidang tersebut. Menjual kendaraan listrik adalah sesuatu yang berbeda,” cermat Cox Automotive dalam rilisnya, dikutip USAToday.

Produsen mobil asal Amerika Serikat (AS), Ford, berencana memangkas produksi baterai mereka di pabrik Michigan karena menurunnya permintaan kendaraan listrik. Awalnya, Ford mau memproduksi baterai sebesar 35 gigawatt hour, namun sekarang mereka menurunkan kapasitas produksinya menjadi 20 gigawatt hour.

Perubahan ekonomi membuat pembeli lebih hemat, dan hasilnya, harga rata-rata kendaraan listrik turun lebih dari 17 persen tahun ini, seperti yang dilaporkan oleh Businessinsider. Stok mobilnya berlebih, tapi permintaannya sedikit.

Bagaimana dengan Indonesia?

Di Indonesia, mobil listrik diketahui sudah mendapatkan insentif berupa pengurangan PPN dari 11 persen menjadi 1 persen, pembebasan PPnBM menjadi 0 persen, hingga keistimewaan bebas ganjil genap. Syaratnya yaitu tingkat komponen dalam negeri (TKDN) minimal 40 persen.

Sayangnya, baru dua merek yang memenuhi syarat PPN DTP 10 persen tersebut, yakni Hyundai Ioniq 5 dan Wuling Air ev. Oleh karena itu, apabila kita melihat whole sales mobil listrik per Januari hingga Oktober 2023, Hyundai Ioniq 5 dan Wuling Air EV masih jadi yang teratas. Penjualan Ioniq 5 mencapai 5.827 unit, sedangkan Air EV 4.005 unit (sampai Oktober 2023).

Penjualan mobil listrik di Indonesia mengalami peningkatan dibanding tahun lalu. Tahun ini, penjualan mobil listrik tercatat sebanyak 13 ribuan unit sampai dengan November 2023. Padahal, tahun lalu sampai Desember saja penjualan mobil listrik hanya mencapai 10 ribuan unit. Meski begitu, jumlah kendaraan listrik belum terlalu banyak jika dibandingkan dengan total penjualan kendaraan yang mencapai 900 ribuan unit sampai November 2023.

“Memang hari ini penggunanya belum banyak. Target pemerintah itu 2030 ada dua juta unit mobil dan 13 juta motor listrik, jadi 10 persen populasi. Itu goal kita. Oleh karena itu kita mau dorong,” kata Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator (Kemenko) Maritim dan Investasi (Marves), Rachmat Kaimuddin dalam YouTube Kemenko Marves. (*)