Bahan Bakar & Emisi Berita Berita APM

Riset Nissan: 50 Persen Pengguna Mobil Konvensional RI Minati Tekonologi Listrik

JAKARTA— Perusahaan otomotif asal Jepang Nissan bersama dengan perusahaan konsultan riset Frost & Sullivan melakukan studi perkembangan mobil listrik di kawasan Asia Tenggara. Studi yang bertajuk “The Future of Electrified Vehicles in Southeast Asia” dilakukan di enam negara Asia Tenggara— Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam— pada September 2020. 

Studi ini bertujuan untuk memahami kesadaran, sikap, perilaku, dan persepsi pelanggan terhadap kendaraan listrik dengan responden pengemudi mobil di sejumlah kota. Pengertian kendaraan listrik dalam penelitian ini adalah kendaraan listrik dengan baterai, kendaraan listrik hybrid plug-in dan e-POWER, namun tak mencakup kendaraan full-hybrid. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan pada Januari 2018.

Hasil studi ini dirilis pada 4 Februari 2021 seiring dengan acara “Nissan FUTURES – Electrification and Beyond”. Ini adalah pertemuan virtual yang melibatkan para pemimpin industri, pemerintahan, dan media. Menurut studi ini, hampir dua pertiga (64 persen) responden di Thailand, Filipina, Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Singapura lebih mempertimbangkan kendaraan listrik dibanding lima tahun lalu. Sekitar 66 persen konsumen yakin akan menggunakan mobil listrik dalam waktu dekat.

Sebanyak 50 persen pemilik kendaraan konvensional di Indonesia menyatakan akan mempertimbangkan kendaraan listrik sebagai pembelian mobil berikutnya dalam tiga tahun ke depan. Alasan utamanya, mobil listrik memberikan dampak positif terhadap lingkungan, dan dilengkapi dengan teknologi keselamatan. Ada 44 persen responden di Indonesia berpendapat kendaraan listrik keren dan trendi. Sementara, 58 persen percaya biaya perawatan untuk kendaraan listrik lebih murah dibandingkan mobil konvensional.

Studi ini juga menunjukkan bahwa manfaat pajak (80 persen), pemasangan stasiun pengisian daya di kawasan pemukiman (80 persen) dan jalur prioritas untuk kendaraan listrik (55 persen) merupakan tiga faktor teratas untuk beralih ke kendaraan listrik menurut responden di Indonesia . Untuk mendorong penerapan mobilitas listrik, dibutuhkan kolaborasi antara produsen mobil, pembuat kebijakan, dan pihak swasta.

Kekhawatiran akan kehabisan daya baterai sebelum tiba di stasiun pengisian (recharging) masih menjadi hambatan paling signifikan dalam memiliki kendaraan listrik di Indonesia. Namun angka kekhawatiran tersebut turun dari 73 persen pada 2018 menjadi 54 persen pada 2020. 

Survei ini juga mengidentifikasi teknologi e-POWER pada Nissan, yaitu teknologi yang memberi pengalaman berkendara mobil listrik tanpa perlu charger eksternal karena menggunakan penggerak motor listrik 100 persen. Faktor yang membuat pengemudi Indonesia tertarik dengan e-POWER adalah akselerasi yang cepat dan halus (62 persen), berkendara dengan senyap (59 persen) dan output tenaga mesin yang tinggi (53 persen). Teknologi e-POWER dianggap sebagai solusi inovatif bagi konsumen di Indonesia yang ingin mendapat pengalaman menyenangkan dalam berkendara dengan mobil listrik.

Sales & Marketing Director PT Nissan Motor Distributor Indonesia Tan Kim Piauw menjelaskan Nissan telah mendatangkan Nissan Kicks e-POWER ke Indonesia sejak September 2020 dan mendapatkan sambutan yang sangat positif dari masyarakat Indonesia. Hasil studi ini juga mengungkapkan kesadaran pengguna kendaraan terhadap lingkungan meningkat. 

Sebanyak 38 persen responden diklasifikasikan sebagai kelompok konsumen ‘pecinta lingkungan’, lebih banyak dibanding hasil penelitian tahun 2018 sebesar 34 persen. Berdasarkan kategori yang dibuat dalam penelitian, kelompok konsumen ini memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan perubahan iklim, sehingga menilai penggunaan kendaraan listrik merupakan bentuk kepedulian terhadap lingkungan. 

Wakil Presiden Regional Nissan untuk Kawasan ASEAN Isao Sekiguchi mengatakan pihaknya tergerak dengan antusiasme konsumen di Asia Tenggara terhadap mobil listrik. Mobil listrik tak hanya ramah lingkungan, tapi juga mengurangi polusi udara di kota-kota. Ini mendorong Nissan kian mantap berkomitmen terhadap penyediaan mobil listrik khususnya di kawasan Asia Tenggara. (Warta Ekonomi)