Berita Economy & Industry

Thailand, Vietnam, Malaysia sudah Lebih dulu; RI Telat Terapkan Pemotongan Pajak

JAKARTA— Pemerintah mengumumkan relaksasi pajak bagi mobil baru berlaku mulai Maret 2021. Relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) kendaraan bermotor dilakukan secara bertahap pada. Pada tahap pertama yang berlangsung Maret-Mei, insentif PPnBM akan diberikan 100 persen dari tarif semestinya. Sementara pada tahap kedua (Juni-Agustus) insentifnya 50 persen, dan tahap ketiga (September-November) sebesar 25 persen.

Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad penerapan relaksasi pajak di Indonesia relatif terlambat dibanding beberapa negara tetangga. Ia mengungkapkan Thailand dan Malaysia sudah memberikan insentif pajak pembelian mobil baru sejak 2020. “Kalau ini (PPnBM nol persen) dilakukan sepertinya sudah relatif terlambat, dibandingkan yang seharusnya dilakukan,” ujar Tauhid, dalam diskusi virtual akhir Februari 2021, seperti dikutip Kompas.

Beberapa negara sudah menerapkan relaksasi pajak pada pertengahan tahun 2020. Menurutnya, penerapan PPnBM agak terlambat karena pertumbuhan penjualan otomotif domestik baru relatif membaik belakangan ini. Tauhid menjelaskan Thailand membebaskan pajak penghasilan badan (CIT) selama tiga tahun. Thailand juga meluncurkan kupon tukar tambah, masing-masing senilai 100 ribu baht atau setara Rp 47 jutaan. Kupon itu bisa digunakan oleh pemilik mobil perorangan untuk membeli mobil dengan pajak yang telah dikurangi. Jadi, kalau pemilik mobil mau tukar tambah dengan mobil baru, diberi kupon senilai Rp 47 jutaan. 

Malaysia juga memberikan insentif pajak 100 persen untuk mobil penumpang domestik dan 50 persen untuk mobil penumpang yang diimpor. Kebijakan ini berlaku pada 15 Juni sampai 31 Desember 2020. Menurut Tauhid, penjualan otomotif di Malaysia dan Thailand sudah mulai kembali normal. Ia melanjutkan penjualan di Indonesia sedang menuju normal tapi belum sampai pada titik di angka satu juta, namun belum bisa mencapai 80 sampai 100 ribu unit per bulan.

Penjualan otomotif di Vietnam cenderung lebih stabil. Vietnam dianggap mampu menahan efek pandemi sehingga penjualan hanya turun 8 persen menjadi 290 ribu unit. Untuk meningkatkan permintaan, pemerintah Vietnam memotong setengah biaya registrasi untuk mobil yang diproduksi secara lokal di pertengahan tahun. Hasilnya, penjualan melonjak 45 persen pada Desember, karena konsumen bergegas untuk membeli sebelum aturan tersebut berakhir.

Tauhid menganggap Indonesia terlambat memberikan relaksasi berupa PPnBM nol persen untuk mobil baru dengan kapasitas di bawah 1.500 cc dan berpenggerak 4×2. Ia mengatakan diskon pajak seharusnya diberikan ketika penjualan mobil tengah terpuruk, bukan ketika industri otomotif tengah bergerak menuju normal. Ia berpendapat penjualan otomotif meningkat tajam dalam enam bulan terakhir, bukan karena adanya diskon pajak, melainkan karena pertumbuhan pembeliannya memang relatif tinggi yakni 5 persen per bulan bahkan tanpa potongan PPnBM.

Pertumbuhan bulanan kendaraan 1.500 cc pada bulan Maret 2019 sampai Februari 2020 mencapai 0,98 persen. Setelah pandemi justru meningkat mencapai 5,36 persen. Hal yang sama juga terjadi pada ritel kendaraan di bawah 1.500 cc. Pertumbuhan pembelian sebelum pandemi 0,92 persen, sementara setelah pandemi 5,41 persen. Menurut Tauhid, data ini menunjukkan konsumen sebenarnya punya kemampuan daya beli pada saat pandemi, namun untuk sebagian konsumen menengah ke atas cenderung menahan pembelian. Ia memprediksi angka ini bisa meningkat lagi setelah bulan Januari, atau bulan Februari, terlebih lagi dengan adanya kebijakan PPnBM. (*)